ANTROPOLOGI
KODE Mata Kuliah : PLS 10
Dosen Pengampu
Dr.
Tri Suminar,
M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
2012
BAB 1
AZAZ-AZAZ ANTROPOLOGI
DAN RUANG LINGKUPNYA
Standar Kompetensi :
Memahami azas-azas
antropologi dan ruang lingkupnya.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan konsep
dasar antropologi, ruang lingkup ilmu
antropologi
dan fase-fase perkembangannya
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan pengertian dasar antropologi
2. Menjelaskan ruang
lingkup dan obyek antropologi
3. Menjelaskan perbedaan antropologi
dengan ilmu social lain (sosiologi)
4. Menjelaskan metode ilmiah
dalam antropologi
5. Menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian dasar
antropologi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup dan obyek antropologi
3. Mahasiswa dapat
menjelaskan perbedaan
antropologi dengan ilmu sosial
lain (sosiologi)
4. Mahasiswa dapat
menjelaskan metode ilmiah dalam
antropologi
5. Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase perkembangan antropologi
Materi
Pokok:
1. Pengertian
Dasar Antropologi
Antropologi
telah membongkar anggapan yang keliru mengenai superioritas ras dan kebudayaan.
Selain itu, antropologi juga telah mempelajari semua bangsa tanpa mempedulikan
dimana dan bilamana mereka hidup sehingga memberikan kejelasan tentang sifat
manusia daripada semua pemikiran para filsuf atau studi para ilmuwan di
laboratorium. Dari semua ilmu, antropologi adalah ilmu yang paling luas cakrawalanya.
Bahan yang dipelajari dalam antropologi sangat luas. Antropologi membahas
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan makhluk manusia dahulu dan sekarang.
Sebenarnya
banyak ilmu lain dengan cara-cara tertentu memberikan perhatian kepada makhluk manusia.
Beberapa diantaranya anatomi dan fisiologi, mempelajari manusia sebagai
organisme biologi. Ilmu-ilmu sosial memusatkan perhatiannya kepada bentuk-bentuk
yang khas dari hubungan antar manusia. Antropologi berusaha memperhatikan semua
itu, bahkan melihatnya secara keseluruhan di semua ruang (tempat) dan waktu.
Perspektif luas dan unik inilah yang merupakan
sarana amat baik bagi ahli antrolopologi untuk menelaah sesuatu yang
sangat halus, disebut sifat manusia.
Berdasarkan argumentasi di atas dapat
ditegaskan bahwa antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Secara
praktisnya, disiplin antropologi untuk menelaah keanekaragaman manusia dibagimenjadi
beberapa bidang, dan ahli antropologi secara sendiri-sendiri mengkhususkan diri
di salah satu bidang atau lebih.
2. Ruang Lingkup dan Obyek Antropologi
Antropologi menurut tradisi dibagi
menjadi empat cabang, yakni: a). Antropologi fisik, b). Antropologi budaya, yang mencakup 3 cabang: arkeologi,
linguistik dan etnologi. Antropologi fisik ini merupakan bagian dari
antropologi yang memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai organisme
biologis, dan salah satu yang menjadi perhatiannya ialah evolusi manusia. Keistimewaan
apapun yang dianggap ada pada dirinya oleh manusia, mereka adalah binatang yang
menyusui (khususnya primat) dan mereka memiliki nenek moyang yang sama dengan
primat-prmat lainnya, khususnya dengan kera dan monyet. Ahli antropologi fisik
berusaha melacak nenek moyang jenis manusia untuk mengetahui bagaimana, kapan
dan mengapa kita menjadi jenis makhluk seperti sekarang ini melalui analisis
terhadap fosil-fosil dan pengamatan terhadap primat-primat yang hidup. Bidang
lain dari antropologi fisik adalah studi tentang variasi umat manusia. Kita
semua adalah anggota dari satu jenis, secara menyolok atau tidak kita ini
berbeda-beda. Kita tidak hanya berbeda dalam hal yang tampak, seperti warna
kulit atau bentuk hidung kita, akan tetapi mengenai faktor-faktor biokimia
seperti golongan darah dan kepekaan terhadap penyakit tertentu. Ahli
antropologi fisik modern menggunakan pengetahuan genetika dan biokimia untuk
memperoleh pengertian yang lebih lengkap tentang variasi umat manusia dan cara
orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang beraneka ragam. Antropologi
fisik berhubungan erat dengan ilmu-ilmu biologi.
Antropologi budaya membahas manusia
sebagai makhluk budaya. Pekerjaan dari
ahli antropologi fisik merupakan kerangka kerja yang diperlukan ahli
antropologi budaya, sebab tidak kebudayaan tanpa manusia. Guna memahami
pekerjaan ahli antropologi budaya, kita menjelaskan pengertian kebudayaan lebih
dahulu, walaupun konsep kebudayaan akan dikaji lebih mendalam pada bagian
berikutnya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan atau
pembakuan-pembakuan yang berlaku di masyarakat (kelompok manusia). Pembakuan-pembakuan ini menentukan atau
memberikan petunjuk untuk perilaku sehari-hari anggota masyarakat, oleh sebab
itu perilaku manusia tersebut sebagai perilaku kebudayaan.
Antropologi budaya berhubungan erat
dengan ilmu-ilmu lain. Ilmu yang paling sering dihubungan dengan antropologi
budaya adalah sosiologi. Kedua-duanya berusaha menggambarkan dan menerangkan
perilaku manusia dan konteks sosialnya, namun sosiologi lebih memusatkan
perhatiannya secara khusus kepada orang yang hidup pada jaman baru, sehingga
teori-teori mereka cenderung perilaku manusia yang terikat pada kebudayaan tertentu (culture
bound), biasanya teori diasumsikan pada kebudayaan kelas menengah, yang
dikhususkan untuk orang-orang berprofesi. Senbaliknya, antropologi budaya
berusaha mengurangi masalah keterikatan teori kepada kebudayaan tertentu dengan
cara mempelajari seluruh umat manusia dan tidak membatasi diri kepada studi
tentang bangsa-bangsa yang telah maju. Ahli antropologi menyimpulkan bahwa
untuk memperoleh pengertian yang memadai tentang perilaku manusia, seluruh umat
manusia harus dipelajari. Titik berat antropologi budaya adalah pada studi
kebudayaan prasejarah atau kebudayaan non-Barat yang lebih baru, sering membawa
kesimpulan yang membantah pendapat lama yang terbentuk melalui studi masyarakat
Barat.
Antropologi budaya dibagi menjadi bidang
arkeologi, antropologi linguistik dan etnologi. Setiap bidang mempunyai
kepentingan dan metode khusus, namun semuanya mengenai data kebudayaan manusia
yang berbeda-beda dan bagaimana caranya kebudayaan berkembang dimana-mana,
menyesuaikan diri dan terus-menerus berubah.
Arkheologi adalah cabang antropologi
kebudayaan yang mempelajari benda-benda peninggalan material dengan maksud untuk
menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia pada masa lampau. Perhatiannya
dipusatkan kepada masa lampau manusia, sebab apa yang tertinggal dari masa
lampau itu sering hanya berupa benda dan bukan gagasan. Oleh sebab itu ahli
antropologi mempelajari alat-alat, tembikar dan peninggalan lain yang tidak
lapuk oleh waktu (tahan jaman) sebagai warisan
dari kebudayaan yang telah punah. Berbeda dengan ahli sejarah, ahli
arkheologi tidak terpancang kepada 5000
tahun terakhir dari sejarah umat manusia yang meninggalkan
keterangan-keterangan tertulis tentang hasil jerih payah manusia.
Antropologi linguistik adalah cabang
antropologi budaya yang mengadakan studi
tentang bahasa manusia. Linguistik dapat berupa deskripsi sesuatu bahasa (cara
membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) atau sejarah bahasa-bahasa (cara
bahasa-bahasa berkembang dan saling mempengaruhi sepanjang waktu). Ahli
antropologi melalui studi linguistik dapat mengetahui lebih baik bagaimana pendapat orang tentang dirinya sendiri dan
tentang dunia di sekitarnya. Mereka memberikan sumbangan yang berharga untuk
memahami masa lampau umat manusia dengan
menyusun hubungan geneologi dari bahasa-bahasa dan mempelajari distribusi
bahasa tersebut ia dapat memperkirakan berapa lama orang-orang yang menggunakan
bahasa itu tinggal di daerah tempat mereka tinggal sekarang.
Etnologi merupakan cabang antropologi
yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan jaman sekarang. Ahli etnologi
mengkhususkan diri kepada perilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan,
dialami dan didiskusikan dengan orang-orang yang kebudayaannya hendak dipahami.
Pendekatan ahli etnologi adalah etnografi deskriptif. Ahli etnografi adalah
ahli arkheologi yang mengamati arkheologinya hidup-hidup. Ahli etnologi menjadi
penulis etnografi dengan cara terjun ke lapangan untuk hidup di tengah-tengah
rakyat yang ditelitinya. Mereka berusaha menjadi pengamat yang terlibat (participant observer) dalam kebudayaan
yang sedang dipelajarinya. Ahli etnografi dapat mulai memahami sistem
kebudayaan suatu masyarakat dengan menemukan bagaimana semua lembaga kebudayaan
(sosial, politik dan keagamaan) saling berkaitan menjadi satu.
Keduanya aspek antropologi (fisik dan
budaya) terdapat hubungan yang sangat erat, yang mengantarkan pada pemahaman
tentang bagaimana biologi mempengaruhi atau tidak mempengaruhi kebudayaan, dan
bagaimana kebudayaan dapat dan memang mempengaruhi biologi.
3. Antropologi dengan Ilmu
Sosial Lain (Sosiologi)
Tujuan dari kedua ilmu ini seolah-olah
sama yakni mencari unsur-unsur persamaan di bidang aneka warna beribu-ribu
masyarakat dan kebudayaan manusia di muka bumi dengan tujuan untuk mencapai
pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada
umumnya. Secara khusus keduanya terdapat perbedaan sebagai berikut: memiliki
asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya
perbedaan pengkhususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu
dan hal ini akan berakibat pada adanya perbedaan dalam beberapa metode dan
masalah khusus dari kedua ilmu.
Asal
usul perkembangan antropologi adalah menghimpun bahan keterangan tentang
masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa untuk mendapat
pengertian tentang tingkat-tingkat perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Sedangkan asal usul perkembangan sosiologi adalah adanya krisis masyarakat di
Eropa yang menyebabkan masyarakat Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang
mendalam mengenai azas-azas masyarakat dan kebudayaan sendiri.
Obyek kajian antropologi berawal dari
fakta sosial kehidupan masyarakat primitif (tradisional) di daerah pedesaan di
luar Eropa, kemudian berkembang pada fenomena fakta sosial pada masyarakat
perkotaan, termasuk kehidupan masyarakat di Eropa yang kompleks. Sedangkan
obyek kajian sosiologi justru berawal dari tatanan kehidupan masyarakat yang
kompleks di perkotaan yang mengalami krisis ekonomi, kemudian berkembang pada
tatanan kehidupan masyarakat pedesaan.
Pada akhirnya kedua ilmu ini memiliki
obyek penelitian yang sama, yakni masyarakat dan kebudayaan yang kompleks di
perkotaan dan yang kurang kompleks di pedesaan, namun terdapat perbedaan dalam
metode dan analisisnya. Ilmu antropologi menjelaskan fakta sosial dari salah
salah satu unsur masyarakat dengan menghubungkannya unsur-unsur lain yang lebih
kompleks melalui pendekatan sistem. Metode yang diterapkan bersifat
kualitatif, proses berpikir dari induktif
ke deduktif, lebih mengandalkan pengumpulan fakta melalui observasi
partisipan dan wawancara.
4. Metode Ilmiah dalam Antropologi
Ilmu adalah cara yang ampuh dan luwes
yang ditemukan oleh manusia untuk memahami tabiat dunia dan alam semesta yang
tampak. Ilmu mencari keterangan-keterangan yang dapat diuji tentang fenomena
yang disaksikan orang berdasarkan prinsip atau
hukum yang tidak nampak, tetapi bersifat umum dan tetap. Antropologi
bermaksud mempelajari manusia secara obyektif dan sistematis. Ahli antropologi
menggunakan metode-metode yang digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan
hipotesis, atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk
mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori (suatu sistem hipotesis yang
telah teruji, yang menjelaskan fenomena-fenomena secara sistematis). Data yang
digunakan ahli antropologi dapat berupa data dari satu masyarakat atau studi
komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.
Antropolog meneliti semua unsur dalam
kehidupan masyarakat sebagai kebulatan. Apabila hanya mengkhususkan kepada
suatu unsur tertentu saja dalam kehidupan masyarakat kota, misalnya aktivitas
kehidupan keagamaan atau aktivitas kehidupan kekeluargaan, seorang antropolog
akan menghubungkan semua unsur dalam kehidupan dengan seluruh struktur
kehidupan masyarakat kota. Metode pengumpulan bahan yang mengkhusus dan
mendalam bersifat kualitatif serta menerapkan metode analisis yang bersifat
membandingkan (komparatif).
Kesatuan pengetahuan dengan metode
ilmiah yang diterapkan dalam pengembangan ilmu antroplogi melalui tiga tingkat,
yakni:
(1). Pengumpulan fakta tentang kejadian dan gejala
masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah, dilakukan dengan
metode observasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi
dalam masyarakat yang hidup, baik dengan penelitian di lapangan, penelitian di
laboratorium maupun penelitian perpustakaan.
(2). Penentuan ciri-ciri umum dan sistem yang
menimbulkan cara berpikir secara induktif dengan metode-metode untuk mencari
ciri-ciri yang sama, umum dari aneka warna fakta dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan manusia. Pencarian ciri-ciri umum di antara aneka warna fakta
masyarakat ini menggunakan meode komparatif yang dimulai dengan metode
klasifikasi.
(3). Verifikasi atau pengujian dalam kenyataan
harus menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan dalam kenyataan alam atau
masyarakat yang hidup. Proses berpikir yang berkembang bersifat deduktif dari
perumusan umum kembali ke arah fakta-fakta yang khusus. Metode verifikasi yang
digunakan di atas disebut metode yang
bersifat kualitatif. Metode verikasiyang lain juga dapat digunakan
adalah metode bersifat kuantitatif, yaitu cara mengolah fakta sosial dalam
jumlah yang besar dan diterapkan statistik.
Ada kesulitan serius untuk menerapkan
pendekatan ilmiah dalam antropologi, antara lain: (a). apabila kita
mencanangkan sebuah hipotesis, maka kita mendapat motivasi yang kuat untuk
mengujinya, dan ini secara tidak sengaja dapat menyebabkan kita tidak melihat
atau bahkan mengesampingkan bukti-bukti yang negatif. (b). menyusun teori yang
baik tentang perilaku manusia harus bertolak dari sejumlah hipotesis yang
seobyektif dan sebebas mungkin dari pengaruh kebudayaan, hal ini sangat sulit
dilakukan karena kita dibesarkan dari sebuah kebudayaan yang digunakan untuk
menyusun hipotesis tersebut.
Hasil akhir suatu kerja lapangan
arkheologi atau etnografi adalah sebuah uraian yang teratur, yang merupakan
kerangka untuk menerangkan perilaku pemilik kebudayaan yang sedang dipelajari
melalui wawancara, observasi partisipan dan membandingkan data arkheologis
dan/atau etnografis dari beberapa masyarakat yang terdapat di sebuah daerah
tertentu dan selanjutnya antropolog dapat merumuskan hipotesis-hipotesis yang
lebih luas tentang perilaku manusia.
Bahan yang dipelajari antropologi
terus menerus berubah karena terjadi penemuan-penemuan baru, dan kebudayaan itu
sendiri selalu dalam keadaan berubah. Perubahan peranan wanita dalam keluarga,
peranan seks dan sikap baru terhadap perkawinan dan keluarga adalah contoh-contoh
perubahan yang dengan mudah dapat dilihat dalam kebudayaan sendiri. Antropologi
masa kini tetap mempertahankan keterlibatannya dengan sifat kemanusiaan
orang-orang lain, oleh karena itu antropologi semakin berhasil menjadi
pengetahuan tentang manusia yang benar-benar manusiawi.
5. Fase-fase Perkembangan Antropologi
Terdapat
empat fase perkembangan ilmu antropologi:
a.
Fase pertama (sebelum 1800).
Suku-suku
bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang
Eropa, dan lambat laun berbagai daerah di muka bumi mendapat pengaruh dari
negara-negara Eropa Barat. Bersamaan dengan proses tersebut mulai terkumpul
buku-buku kisah perjalanan, laporan-laporan tentang adat-istiadat, susunan
masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.
Deskripsi-deskripsi ini seringkali bersifat kabur dan kebanyakan hanya
memperhatikan hal-hal yang dalam tinjauan orang Eropa tampak aneh saja,
walaupun ada karangan-karangan yang baik dan lebih teliti sifatnya. Bahan
etnografi dari suku di Afrika, Oseania dan orang Indian di Amerika
menimbulkan tiga sikap/pandangan orang
Eropa terhadap suku-suku bangsa tersebut,
yaitu:
(1). Sebagian orang Eropa memandang bangsa-bangsa
tersebut bukan manusia sebenarnya, mereka manusia liar, turunan iblis dan
disebut savages, primitives.
(2).
Sebagian orang Eropa memandang sifat-sifat baik dari bangsa-bangsa jauh tadi.
Bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, belum
kemasukan kejahatan dan keburukan sebagaimana yang terjadi di masyarakat Eropa.
(3). Sebagian orang Eropa tertarik dengan adat
istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan tersebut.
Tujuan
ilmu antropologi pada fase I ini adalah menghimpun pengetahuan tentang
masyarakat, adat-istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa,
sebagai pemicu awal di dunia ilmiah
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi manjadi
satu.
b. Fase kedua (pertengahan abad ke-19).
Timbul bahan etnografi yang disusun
berdasarkan cara berpikir evolusi
masyarakat. Dirumuskan bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia telah
berevolusi dengan sangat lambat dalam satu jangka waktu beribu-ribu tahun
lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah melalui beberapa tingkat antara dan
sampai kepada tingkat tertinggi. Semua bentuk masyarakat di luar Eropa disebut
pimitif yang dijadikan contoh tingkat kebudayaan paling rendah dan masih hidup
sampai sekarang sebagai warisan kebudayaan manusia jaman dahulu. Meneliti
kebudayaan masyarakat di luar eropa sekaligus menambah pengertiannya tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Tujuan ilmu antropologi pada fase II ini
bersifat akademik yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan
maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam
sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
c. Fase ketiga (permulaan abad ke-20)
Sebagian besar negara-negara di Eropa
berhasil untuk mencapai kekuasaan di
daerah jajahan di luar Eropa. Ilmu antropologi dinilai sangat penting untuk
mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa dan mengembangkan pengertian masyarakat
di luar negara Eropa sebagai masyarakat yang tidak kompleks.
Tujuan pengembangan antropologi pada fase
III ini bersifat praktis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku
bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan mendapat
pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
d. Fase keempat (sesudah tahun 1930)
Antropologi mengalami perkembangan yang
paling luas pada fase ke-4 ini tentang bahan pengetahuan yang lebih teliti dan
ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kehidupan masyarakat di dunia mengalami
perubahan besar, yakni sikap antipati terhadap kolonialisme sesudah perang
dunia ke II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (asli dan terpencil)
dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika. Kondisi ini mendorong antropologi
mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan tujuan pokok yang baru. Hasil
perkembangan fase I,II dan III sebagai landasan perkembangan yang baru. Sasaran
perkembangan antropologi yang baru adalah manusia di daerah pedesaan pada
umumnya ditinjau dari aneka warna fisiknya, struktur masyarakat dan unsur-unsur
kebudayaannya. Masyarakat desa yang dianalisis bukan hanya di luar negara
Eropa, tetapi termasuk masyarakat pedesaan di negara Eropa.
Tujuan antropologi pada fase IV ini
dibedakan menjadi dua, yakni bersifat akademik dan praktis. Tujuan akademik
adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Tujuan
praktisnya adalah mempelajari manusia
dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
itu.
Di Indonesia, antropologi sebagai ilmu praktis untuk mengumpulkan data
tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan, sehingga dapat
menemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan nasional yang mempunyai kepribadian
khusus dan dapat dibangun suatu masyarakat desa yang modern. Disamping itu
antropologi bersamaan dengan sosiologi
praktis dapat memberikan bantuan dalam hal memecahkan masalah-maslah
kemasyarakatan di Indonesia sekarang dalam hal perencanaan pembangunan nasional
sebagaimana di negara India.
Evaluasi:
1. Jelaskan ruang lingkup
kajian ilmu antropologi
2. Jelaskan sejarah
perkembangan ilmu antropologi
3. Jelaskan perbedaan
antropologi dengan sosiologi
4. Bagaimanakah metode
ilmiah ahli antropologi untuk menyusun suatu teori?
BAB 2
PROSES EVOLUSI DAN ANEKA WARNA MAKHLUK MANUSIA
Standar Kompetensi :
Memahami aneka
warna makhluk manusia.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
makluk
manusia antara makluk lain, evolusi dan ciri-ciri
biologi, evolusi primat dan manusia,
aneka
warna manusia dan organismenya.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan sistem
klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2. Menjelaskan proses
evolusi biologis manusia menghasilkan organisme bentuk baru
3. Menjelaskan evolusi primat dan manusia
4. Menjelaskan aneka
warna makhluk manusia dan organismenya
Tujuan
Pembelajaran:
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan sistem klasifikasi semua makhluk
di dunia berdasarkan atas morfologinya.
2. M
ahasiswa dapat menjelaskan proses
evolusi biologis manusia menghasilkan organisme bentuk baru
3. Menjelaskan dapat menjelaskan evolusi primat
dan manusia
4. Menjelaskan
dapat menjelaskan aneka warna makhluk manusia dan organismenya
Materi
Pokok:
1. Sistem
Klasifikasi Makhluk di Dunia Berdasarkan Morfologinya
Pada pertengahan abad ke-19 Charles
Darwin mengumumkan teori tentang proses evolusi biologi. Menurut teori evolusi
tersebut bentuk-bentuk hidup tertua di muka bumi ini terdiri dari
makhluk-makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa. Makhluk ini
dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya berkembang yang makin lama
makin kompleks, dan terakhir berevolusi makhluk seperti kera.
Para ahli biologi telah membuat sistem
klasifikasi semua makhluk di dunia berdasarkan atas morfologinya. Manusia yang
menyusui keturunannya diklasifikasikan dengan kelas binatang menyusui atau Mammalia. Klas Mammalia memiliki satu sub golongan atau suku yang disebut dengan suku Primat. Dalam suku primat terdapat semua
jenis kera mulai dari yang kecil sampai dengan kera besar. Pada umumnya
binatang yang menyusui adalah binatang yang cerdik (intelegen) mempunyai lebih
banyak sifat yang berhubungan dengan otak daripada binatang klas reptil atau
binatang bertulang belakang. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub
suku antropoid. Sistem klasifikasi semua makhluk di dunia dapat dilihat pada
bagan berikut:
Suku
|
Subsuku
|
Infrasuku
|
Keluarga
|
Jenis
|
Ras
|
|
Australoid
|
||||||
Mongoloid
|
||||||
Caucasoid
|
||||||
Homo sapiens
|
Negroid
|
|||||
Neandertal
|
||||||
Hominidae
|
Pithecanthropus
|
|||||
Ramapithecus
|
||||||
Hominoid
|
Pongidae
|
|||||
Cercopithecoid
|
||||||
Anthropoid
|
Ceboid
|
|||||
Primat
|
||||||
Tarsii formes
|
||||||
Prosimii
|
Lorisiformes
|
|||||
Daubentonioid
|
||||||
Tupoid
|
||||||
Lemuroid
|
Bagan: Suku Primat
dan Sub-sub Golongannya (adaptasi Koentjaraningrat, 2006)
Manusia
oleh ahli biologi diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) primat, sebuah kelompok
yang meliputi kungkang, monyet dan kera. Diklasifikasikan demikian karena atas
dasar persamaan ciri-ciri anatomi, fisiologi, struktur protein dan bahkan atas
materi genetis. Manusia sebagai bagian suku primat memiliki persamaan
yang terbesar dengan kera. Persamaan yang mendasari klasifikasi makhluk
tersebut merupakan indikator hubungan evolusi. Oleh karena itu dengan
mempelajari anatomi, fisiologi dan struktur molekul primat lain, kita dapat
memahami secara lebih baik ciri-ciri yang diwarisi dari nenek moyang dan
ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia. Berdasarkan studi ini menunjukkan
bahwa banyak perbedaan antara manusia dengan kera berdasarkan perbedaan
tingkatan daripada perbedaan jenis.
2. Evolusi
Ciri-ciri Biologi
Evolusi didefinisikan sebagai perubahan
yang diwarisi dalam genotipe yang menjadi efektif dalam kelompok gen suatu
populasi. Gen adalah unit warisan yang sebenarnya. Gen adalah bagian dari
molekul DNA (deoxyribonucleic acid), molekul yang kompleks yang menyerupai dua
utali yang saling melilit.
Evolusi terjadi melalui mutasi yang
menghasilkan variasi keturunan, yang kemudian dipengaruhi oleh arus genetik (genetic drift), atau perubahan frekuensi
gen secara kebetulan dalam suatu populasi, lalu lintas (arus) gen, yaitu
masuknya gen baru dari populasi lain, dan seleksi alamiah (natural selection).
Seleksi alamiah adalah mekanisme adaptasi evolusi yang terjadi melalui
reproduksi yang menimbulkan perbedaan karena individu-individu yang mengandung
gen dengan sifat adaptif mendapat lebih banyak keturunan ketimbang yang tidak
mengandungnya.
Evolusi dapat berkembang menjadi jenis
baru, atau dapat berkembang secara bercabang sebagai jawaban atas mekanisme
isolasi. Hal ini dapat terjadi pada populasi yang terpisah-pisah yang
membendung lalu lintas gen dari populasi yang satu ke populasi yang lain,
sehingga arus genetik dan seleksi dapat terjadi secara berlainan. Proses evolusi
ini dapat menyebabkan mula-mula timbulnya ras yang berlainan dan kemudian jenis
yang berbeda.
Satu gen atau kombinasi dari beberapa gen
menjadi beberapa gen yang menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme,
ada pula satu gen yang menjadi penyebab dari adanya beberapa ciri lahir.
Organisme yang baru terbentuk disebabkan
adanya ciri-ciri gen yang kuat atau dominan, sedangkan ciri-ciri gen
yang tidak kuat atau resesif tidak akan tampak pada organisme yang baru. Keanekaragaman
primat yang dapat disaksikan sekarang adalah akibat pengaruh kekuatan-kekuatan
evolusi, yang menyebabkan mereka dapat menyesuaikan diri kepada lingkungan
dengan cara yang berbeda-beda.
Koentjaraningrat (2006) menjelaskan proses
evolusi menurut analisa ahli biologi dibagi dalam tiga golongan:
(a). Proses mutasi: suatu gen yang telah lama diturunkan dari
angkatan ke angkatan pada suatu ketika saat gen itu dibentuk pada suatu zygote yang baru dapat berubah sedikit
sifatnya. Akibatnya terdapat ciri yang baru yang tidak ada pada nenek
moyangnya.
(b). Proses
seleksi dan adaptasi: suatu proses evolusi yang berasal dari sekitar alam. Gen
yang baru telah diseleksi oleh alam yang baru dan terbawa langsung dalam
organisme-organisme dari individu-individu dan kelompok.
(c).
Proses menghilangnya gen secara
kebetulan.
Pada pihak lain William A.
Havilland (1985) menjelaskan proses evolusi sebagai berikut:
(a). Keturunan:
mekanisme keturunan merupakan bahan baku evolusi, aspek-aspeknya adalah
pewarisan gen (DNA, gen, kromosom, pembelajan sel), pola keturunan (pewarisan
tipe golongan darah, poligen, yaitu ada dua gen atau lebih yang bekerjasama
dengan menimbulkan sifat fenotipe).
(b). Genetika
populasi: sekelompok individu yang dapat berkembangbiak secara berpasangan
antara sesamanya. Pada tingkat populasi ini terjadi seleksi alamiah, karena ada
anggota populasi yang meneruskan lebih banyak sifat, sedangkan anggota-anggota
lain kurang dari jatah mereka masing-masing. Selama generasi demi generasi,
populasi ini menunjukkan suatu tingkat adaptasi tertentu terhadap lingkungan,
disebabkan oleh mekanisme evolusi tersebut. Genetika populasi dipengaruhi oleh
stabilitas populasi, faktor-faktor perubahan, mutasi, penyimpangan genetis,
lalu lintas gen, seleksi alamiah. Salah satu akibat dari proses seleksi alamiah
adalah bertambahnya adaptasi sesuatu populasi terhadap lingkungannya.
Bentuk
proses evolusi dapat dibedakan atas:
(a). Evolusi
divergen: suatu proses evolusi yang terjadi karena populasi induk melahirkan
dua anak populasi atau lebih yang saling berbeda. Bertambahnya jumlah jenis,
yang terjadi karena populasi yang berbeda-beda mengalami isolasi dalam hal
reproduksi.
(b). Evolusi
linear/konvergen: suatu proses evoluasi yang terjadi karena dua organisme yang
secara filogenetis tidak ada hubungannya satu sama lain mengembangkan persamaan
–persamaan yang lebih besar. Perubahan yang terjadi sepanjang masa yang
menyebabkan lahirnya jenis, marga (genus) dan suku (familia) baru.
3.
Evolusi Primat dan Manusia
Manusia oleh para ahli biologi
diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) primat, sebuah kelompok yang juga meliputi
kungkang, loris, tersier, monyet, dan kera. Klasifikasi ini berdaarkan
persamaan ciri-ciri anatomi, fisiologi, struktur protein dan materi genetis.
Diantara primat, manusia menyerupai monyet, tetapi persamaan terbesar ialah
dengan kera.
Persamaan yang mendasari klasifikasi hewan
merupakan indikator hubungan evolusi. Oleh karena itu dengan mempelajari anatomi,
fisiologi dan struktur molekul primat lain, dapat dipahami lebih baik ciri-ciri
yang diwarisi dari nenek moyang dan ciri-ciri khas yang menjadi milik manusia.
Asal usul dan proses evolusi makhluk
manusia secara khusus dipelajari dan diteliti oleh sub ilmu dari antropologi
biologi, yaitu ilmu paleoantropologi dengan menggunakan sebagai bahan
penelitian bekas-bekas tubuh manusia yang berupa fosil-fosil yang terkandung
dalam lapisan bumi.
Dengan kemajuan di bidang ilmu paleoantropologi
dan geologi dapat dijelaskan siapakah nenek moyang manusia? Berikut
divisualisasikan perbedaan konsepsi lama dan konsepsi baru tentang hubungan
manusia dengan primat-primat lain berdasarkan evolusinya.
Dapat dijelaskan bahwa kera merupakan
kerabat manusia yang paling dekat, di dalamnya termasuk gibon, siamang,
orangutan, gorila dan simpase. Menurut struktur ginetik, biokimia dan anatomi
simpanse dan gorila adalah yang paling dekat dengan manusia.
Primat yang dianggap menurunkan
jenis-jenis kera besar seperti orangutan, gorilla, simpansze maupun manusia
adalah seekor makhluk yang fosilnya berupa rahang bawah di Saint Gaudens,
Perancis Selatan, pada pertengahan abad yang lalu, yang disebut “Dryopithecus”.
Makhluk pendahuluan manusia di kawasan
Asia Tenggara dalam jangka waktu yang panjang (2 juta – 200 tahun yang lalu)
adalah pithecanthropus. Makhluk pithecanthropus berevolusi terus, isi
otaknya menjadi lebih besar, beerapa organismenya seperti tenggorokan, rongga
mulut, lidah dan bibir berevolusi menjadi dapat membuat variasi suara yang
makin lama makin kompleks, bahkan memiliki suatu sistem komunikasi yang
kompleks untuk memenuhi kebutuhannya dalam pembagian kerja dalam berburu yang
kompleks. Paraahli geologi menemukan makhluk pithecanthropus yang telah
berevolusi ini dalam lapisan bumi yang muda, yakni Pleistosen Muda. Di lembah
Sungai Neander di kota Dusseldoef di Jerman dikenal dengan nama “Homo Neandertalensis”.
Homo
Neandertal berevolusi dalam jangka waktu yang panjang kira-kira 120.000
tahun menjadi manusia Homo sapiens
yang sekarang ini. Penemuan fosil homo sapiens menurut rasnya adalah:
a.
Makhluk homo sapiens yang
pertama menunjukkan ciri-ciri ras Australoid adalah makhluk yang ditemukan di
desa Wajak di lembah sungai Brantas dekat Tulungagung Jawa Timur bagian Selatan
dalam lapisan bumi Pleistosen Muda. Fosil tersebut disebut Homo Wajakensis, kira-kira 40.000 tahun yang lalu.
b. Makhluk
homo sapiens yang pertama menunjukkan
ciri-ciri ras Mongoloid di Asia Timur adalah
makhluk yang fosilnya ditemukan dekat gua Chou-Kou-Tien, yang disebut dengan Pithecanthropus Pekinensis, antara
40.000 – 30.000 tahun yang lalu.
c. Makhluk
homo sapiens yang pertama menunjukkan
ciri-ciri ras Kaukasoid di Perancis
adalah makhluk yang fosilnya ditemukan dekat desa Les Eyzies, yang disebut
dengan Pithecanthropus Cromagnon sebagai
nenek moyang penduduk Eropa sekarang, kira-kira 60.000 tahun yang lalu.
d. Makhluk
homo sapiens yang pertama menunjukkan
ciri-ciri ras Negroid adalah makhluk yang fosilnya ditemukan di Gurun Sahara di
dekat Asselar, 400 km sebelah Timur Laut Timbuktu yang disebut dengan Pithecanthropus Asselar kira-kira 14.000
tahun yang lalu. Ras Negroid kini
dinilai sebagai ras manusia yang paling muda.
4. Aneka
Warna Manusia
Makhluk manusia yang tersebar di seluruh
muka bumi dan yang hidup di dalam segala macam lingkungan alam, menunjukkan
suatu aneka warna fisik yang tampak nyata. Ciri lahir seperti warna rambut,
warna kulit, bentuk muka, dan sebagainya menyebabkan pengertian yang disebut “RAS”.
Ras sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh yang
tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Dengan kata lain “ras” merupakan keberadaan manusia yang dibedakan
atas dasar: (a). tampilan fisik, (b).
tipe/golongan keturunan, (c). pola keturunan, (d). semua kelakuan bawaan yang
tergolong unik, berbeda dengan penduduk asli.
Deskripsi etnografi aneka warna
kebudayaan difokuskan pada: kebudayaan-kebudayaan dengan corak yang khas yang
disebut dengan SUKU BANGSA atau ETNIK. Suku bangsa atau etnik adalah suatu
golongan manusia yg terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, yg seringkali dikuatkan dengan “bahasa”. Jadi suku bangsa atau
etnik merupakan kumpulan orang yang dibedakan terutama oleh ciri-ciri
kebudayaan/ bangsa, yang meliputi: (a). keunikan dalam perangai atau budaya,
(b). perasaan sebagai satu komunitas, (c). status keanggotaan bersifat
keturunan, (d). berdiam tempat tinggal tertentu.
Metode untuk mengklaskan aneka ras
manusia terutama memperhatikan ciri lahir atau ciri-ciri morfologi, pada tubuh
individu-individu berbagai bangsa di dunia. Ciri-ciri morfologi dalam praktek
merupakan ciri-ciri fenotipe, terdiri
dari dua golongan, yaitu: (a). ciri-ciri kualitatif (seperti warna kulit,
bentuk rambut, dan sebagainya); (b). ciri-ciri kuantitatif (seperti berat
badan, ukuran tinggi badan, dan sebagainya).
Dalam mengklasifikasikan ras-ras,
sekarang dibangun dengan cara filogenetik,
yaitu tidak hanya menggambarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara
ras-ras, juga menggambarkan hubungan-hubungan asal-usul antara ras-ras serta
percabangannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai ciri-ciri genotipe. Ciri-ciri genotipe dapat
diketahui pada gen yang tidak mudah dirubah oleh pengaruh proses-proses mutasi,
seleksi. Misalnya, gen untuk golongan darah A – B – C; gen untuk tipe darah MN;
gen untuk kemampuan mencium bau zat phenylthiocarbomide.
Pada masa sekarang, sudah berkembang
metode-metode untuk mengklasifikasikan ras berdasarkan frekuensi golongan
darah. Terdapat frekuensi tertentu dari satu macam golongan darah akan tampak
dalam daerah-daerah tertentu di muka bumi ini. Misalnya, meskipun pada orang
Sunda terdapat individu-individu dari semuagolongan darah, namun ada suatu
prosentase tinggi (kurang lebih 51%) penduduk Jawa Barat yangberdarah O,
penduduk Tokyo dari 30.000 individu yang pernah diteliti, terdapat frekuensi
tinggi dari darah golongan A dan B.
Daerah-daerah dengan prosentase golongan-golongan darah yang sama
tersebut duhubungan dengan garis-garis di atas peta (isogeneses). Selanjutnya
dapat dibuat gambarandari bangsa-bangsa yang dahulu berasal dari satu nenek
moyang.
Klasifikasi A.L Kroeber, penggolongan
ras-ras di dunia adalah sebagai berikut:
(a).
Australoid; (b). Mongoloid; (c). Caucasoid; (d). Negroid; (e). Ras khusus
(Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu).
5. Organisma Manusia
Makhluk manusia adalah makhluk yang hidup
berkelompok, mempunyai organisme yang secara biologis sangat kalah kemampuan
fisiknya dengan jenis biantang berkelompok yang lain. Manusia telah berevolusi
lebih maju dibanding dengan binatang. Otak manusia telah dikembangkan oleh
bahasa, tetapi perkembangan bahasa juga ditentukan oleh kemampuan akal, yaitu
kemampuan untuk membentuk gagasan dan konsep yang makin lama, makin tajam untuk
memilih alternatif tindakan yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia.
Bahasa menyebabkan manusia dapat belajar konsep yang konkrit dan abstrak tanpa
mengalami sendiri peristiwa tersebut.
Manusia memanfaatkan akalnya untuk
membentuk identitas diri dan kesadaran kepribadian diri sendiri, serta dapat
lepas dari keterikatan lingkungan alam. Akhirnya, dengan kemampuan akal budinya
kehidupan organisme manusia berbeda dengan kehidupan binatang. Akal budi
manusia mampu mengembangkan sistem-sistem, yaitu: sistem perkembangan vokal
atau bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, siatem peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, sistem kesenian,
yang selanjutnya disebut kebudayaan.
Perkembangan kebudayaan tidak ditentukan
oleh sistem gen, berbeda dengan kemampuan organisme binatang. Contohnya,
kemampuan serangga untuk membuat berbagai macam sarang yang terpola indah,
telah ditentukan oleh gen serangga secara turun tumurun. Sebaliknya manusia harus
mempelajari kebudayaannya sejak lahir, sepanjang rentang kehidupannya sehingga
mampu mengembangkan kreatifitasnya, karya manusia satu dengan manusia lain
saling berbeda.
Evaluasi:
1.
Jelaskan sistem klasifikasi makhluk di dunia
berdasarkan morfologinya
2. Jelaskan tiga golongan proses evolusi menurut
analisa ahli biologi
3. Gambarkan konsepsi lama missing link dan konsepsi
baru makhluk induk nenek moyang manusia.
4. Gambarkan klasifikasi A.L Kroeber,
penggolongan ras-ras di dunia.
5. Berikan ilustrasi contoh konkrit manusia
telah berevolusi lebih maju dibanding dengan binatang
BAB 3
ANEKA WARNA KEPRIBADIAN MANUSIA
Standar Kompetensi :
Memahami aneka
warna kepribadian manusia.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
konsep kepribadian dan aneka warna kepribadian manusia
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan konsep
kepribadian.
2. Menjelaskan materi
dari unsur-unsur kepribadian.
3. Menjelaskan aneka warna kepribadian manusia.
Tujuan
Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep
kepribadian
2. Mahasiswa dapat menjelaskan materi dari unsur-unsur
kepribadian
3. Mahasiswa dapat menjelaskan aneka warna
kepribadian manusia
Materi Pokok:
1. Definisi
Kepribadian
Pola-pola
kelakuan yang seragam berlaku untuk seluruh jenis homo sapiens hampir tidak ada. Hal ini disebabkan oleh kelakuan
manusia homo sapiens tidak hanya
timbul dari dan ditentukan oleh sistem organik biologinya saja, melainkan
sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya, sehingga variasi kelakuan
antara seorang individu homo sapiens dengan individu yang lain sangat besar.
Pola kelakuan tiap manusia secara individual sebenarnya justru unik, satu sama
lain berbeda. Oleh karena itu ahli antropologi, sosiologi dan psikologi jika
mengkaji “pola kelakukan manusia”, tidak lagi bicara mengenai pola-pola
kelakuan (pattern of behavior) dari
manusia tetapi mengenai pola-pola tingkah laku atau pola-pola tindakan (patterns of action) dari individu
manusia.
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu
manusia, disebut “kepribadian” atau personality.
Definisi ini memang masih bersifat kasar. Dalam bahasa yang populer, istilah
“kepribadian” berarti ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang
memberikan kepadanya identitas sebagai individu yang khusus.
2. Unsur-Unsur
Kepribadian Manusia
Beberapa unsur pembentuk
kepribadian manusia adalah:
1).
Pengetahuan, merupakan unsur pengisi
akal dan alam jiwa manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Pengetahuan terdiri dari unsur-unsur: (a). persepsi (proses akal manusia yang
sadar atau conscious); (b).
pengamatan (penggambaran yang lebih intensif terfokus, yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif); (c).
konsep (penggambaran lingkungan secara abstrak); (d). fantasi (penggambaran
baru yang tidak realistik). Pengetahuan yang dimiliki oleh individu manusia
seringkali berada dalam alam kesadaran (conscious),
dan sebagian terdesak ke dalam bagian dari jiwa manusia yang disebut alam
“bawah sadar” (sub-conscious).
Proses-proses psikologi yang terjadi dalam alam bawah sadar dan alam tak sadar
banyak dipelajari oleh bagian dari ilmu psikologi.
2). Perasaan, merupakan apersepsi seorang
individu yang menggambarkan diri dalam kesadaran yang positif dan negatif.
Perasaan selalu besifat subyektif karena
adanya unsur penilaian, yang menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang
individu.
3).
Dorongan naluri, merupakan kesadaran
manusia yang mengandung berbagai perasan lain yang tidak ditimbulkan karena
pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya,
dan khususnya dalam gennya sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri
pada tiap makhluk manusia disebut “dorongan” (drive). Dorongan naluri yang terkandung dalam manusia meliputi:
(a). dorongan untuk mempertahankan hidup, (b). dorongan sex, (c). dorongan
untuk usaha mencari makan, (d). dorongan
untuk bergaul dengan sesama manusia, (e). dorongan untuk meniru tingkah laku
sesamanya, (f). dorongan untuk berbakti, (g). dorongan akan keindahan.
3. Materi
dari Unsur-unsur Kepribadian Manusia
Seorang
ahli etnopsikologi A.F.C Wallace, menjelaskan kerangka materi yang menjadi
obyek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia, yang merupakan isi kepribadian yang pokok, yaitu:
(1). Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri ,
aneka warna kebutuhan dan dorongan psikologi diri sendiri dan aneka kebutuhan serta
dorongan organik maupun psikologi sesama
manusia yang lain.
(2). Aneka warna hal yang berkaitan dengan
kesadaran individu akan identitas diri sendiri, baik fisik maupun psikologinya
dalam lingkungan individu.
(3).
Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau
menggunakan aneka warna kebutuhan tersebut dalam lingkungan diri, sehingga
tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu yang bersangkutan.
4. Aneka
Warna Kepribadian Manusia
Aneka
warna kepribadian setiap manusia yang hidup di muka bumi dan faktor yang
menyebabkan kepribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian
individu yang lain adalah aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran obyek
dari pengetahuan, perasaan, kehendak, keinginan kepribadian, perbedaan kualitas
hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu.
Ilmu-ilmu yang mempelajari seluruh
pengetahuan, gagasan dan konsep yang umum hidup dalam masyarakat biasanya
disebut “adat-istiadat” (customs).
Ilmu-ilmu tersebut juga mempelajari tingkh laku umum, yaitu tingkah laku yang
menjadi pola bagi sebagian besar warga suatu masyarakat yang diatur oleh
adat-istiadat. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan
yang saling berkaitan satu dengan lain disebut “sistem sosial” (social system). Ilmuantropologi lebih
mendalami dan memahami adat-istiadat serta sistem sosial dari suatu masyarakat.
Kepribadian yang dipelajari dalam ilmu antropologi adalah kepribadian yang ada
pada sebagian besar warga suatu masyarakat, yang disebut dengan “kepribadian
umum”.
Kepribadian Barat dan kepribadian Timur
jika dibandingkan, terjadi kontras. Kepribadian Timur dideskripsikan memiliki
pandangan hidup yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran
prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif atau bersama. Sedangkan
kepribadian masyarakat Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan
materiil, pikiran logis, hubungan berdasarkan azas guna dan individualisme.
L.K Hsu (1971) telah mengembangkan suatu
konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya mengandung 8
daerah yang berwujud seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentrikal
sekitar diri pribadinya.
a.
Lingkaran pertama yang paling kecil atau paling dalam (nomor 7) disebut tak
sadar.
b.
Lingkaran kedua (nomor 6) disebut subsadar
c.
Lingkaran ketiga (nomor 5) disebut kesadaran yang tak dinyatakan
d.
Lingkaran keempat (nomor 4) disebut kesadaran yang dinyatakan
e.
Lingkaran keempat (nomor 3) disebut lingkungan hubungan karib
f.
Lingkaran kelima (nomor 2) disebut lingkungan hubungan berguna
g.
Lingkaran keenam (nomor 1) disebut lingkungan hubungan jauh
h.
Lingkaran ketujuh (nomor 0) disebut dunia luar.
Evaluasi:
1.
Jelaskan konsep kepribadian dari sudut pandang
ilmu antropologi dengan menggunakan bahasa sendiri.
2. Jelaskan
beberapa unsur pembentuk kepribadian manusia.
3.
Jelaskan kerangka materi yang menjadi obyek dan
sasaran unsur-unsur kepribadian manusia, yang merupakan isi kepribadian yang pokok, menurut A.F.C
Wallace.
4.
Jelaskan konsepsi alam jiwa manusia sebagai
makhluk sosial budaya yang dikemukakan oleh L.K Hsu (1971).
BAB 4
MASYARAKAT DAN ANEKA WARNA MASYARAKAT
Standar Kompetensi :
Memahami
masyarakat dan aneka warna masyarakat.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
konsep masyarakat, kehidupan kolektif manusia dan wujudnya, unsur-unsur
msyarakat, pranata sosial dan integrasi masyarakat.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan kehidupan
kolektif manusia.
2. Menjelaskan wujud
kolektif manusia.
3. Menjelaskan konsep masyarakat dan unsur-unsur masyarakat.
4. Menjelaskan pranata sosial
5. Menjelaskan integrasi masyarakat
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan
perbedaan kehidupan kolektif manusia dengan binatang.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan wujud
kolektif manusia.
3. Mahasiswa dapat menjelaskankonsep masyarakat
dan unsur-unsur masyarakat.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pranata sosial
5. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi
masyarakat
Materi Pokok:
1. Kehidupan
Kolektif Manusia
Makhluk manusia hidup dalam kehidupan
kolektif sebagaimana binatang, namun kehidupan kolektif pada manusia berbeda
dengan binatang. Perbedaan azasi antara kehidupan kolektif manusia dan binatang
adalah sistem pembagian kerja, aktivitas kerjasama, serta berkomunikasi dalam
kehidupan kolektif binatang bersifat naluri, yaitu kemampuan yang telah
terencana oleh alam dan terkandung dalam gen binatang, sedangkan kehidupan
kolektif pada manusia bukan karena naluri, tetapi organisme manusia mengevolusi
suatu otak yang khas, disebut dengan akal yang terjadi melalui proses belajar.
Oleh karenanya pola perilaku manusia atau tindakan (action) dapat berubah dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk
organismenya. Proses-proses perubahan manusia berbeda-beda di berbagai tempat
di muka bumi yang menyebabkan timbulnya aneka warna besar sekali antara
kesatuan hidup manusia yang ada di muka bumi ini.
2. Wujud kolektif manusia
Kolektif
manusia yang terbesar di muka bumi sebagai kesatuan-kesatuan manusia
yang erat, disebut negara nasional. Dalam batas wilayah tiap negara nasional
tampak kesatuan-kesatuan manusia yang lebih khusus, yang berbeda satu dengan
lain disebabkan karena adat-istiadat, bahasa suku bangsa, agama. Lebih khusus,
dalam tiap suku bangsa ada kesatuan-kesatuan hidup yang lebih khusus lagi,
yaitu desa dan kota. Manusia di desa dan di kota terikat dalam
kesatuan-kesatuan khusus yang berwujud sebagai kelompok-kelompok kekerabatan.
Organisasi-organisasi khusus tersebut berwujud sebagai pekumpulan rekreasi,
partai politik, organisasi dagang. Wujud kolektif manusia yang lain adalah
adanya lapisan-lapisan sosial secara horizontal yang berbeda-beda dan dapat
digolong-golongkan berdasarkan golongan buruh, golongan pedagang, golongan
pegawai.
3. Konsep
masyarakat dan Unsur-unsurnya
Istilah “masyarakat” dalam bahasa Inggris
society, berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. “Masyarakat”
dari bahasa Arab syaraka yang berarti
“ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
memiliki empat ciri, yaitu (a). saling berinteraksi antar warganya, (b).
adat-istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh
pola tingkah laku warga, (c) secara kontinyu dalam waktu, (d). adanya suatu rasa identitas kuat yang
mengikat semua warga. Singkatnya, masyarakat dalam arti luas didefinisikan
sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Konsep masyarakat dalam arti sempit
seagai kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, sertayang terikat oleh rasa
identitas komunitas. Komunitas bersifat khusus karena ada ciri tambahan ikatan
lokasi dan kesadaran wilayah.
Unsur-unsur dalam masyarakat adalah:
1). Kategori sosial
Kategori sosial adalah kesatuan manusia
yang terwujudkan karena adanya ciri atau suatu kompleks ciri-ciri obyektif yang
dapat dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Ciri obyektif biasanya dikenakan
oleh pihak dari luar kategori sosial, tanpa disadari oleh yangbersangkutan
sebab dengan maksud praktis. Contoh, kategori
warga negara yang berhak mengikuti pemilu adalah berumur di atas 18 tahun.
2). Golongan sosial
Golongan sosial adalah suatu kesatuan
manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri tersebut
dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri (bersifat
subyektif). Meskipun demikian suatu kesatuan manusia yang disebut sebagai
golongan sosial tersebut mempunyai ikatan identitas sosial. Hal ini disebabkan
adanya kesadaran identitas yang tumbuh sebagai respon terhadap caranya pihak
luar memandang golongan sosial tersebut, atau karena golongan sosial memang
terikat oleh suatu sistem sosial, sistem norma dan adat istiadat tertentu.
Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan
manusia yang dapat disebut golongan sosial, yaitu lapisan atau klas sosial.
Masyarakat kuno ada lapisan-lapisan seperti lapisan bangsawan, lapisan orang
biasa, lapisan budak. Lapisan atau golongan sosial tersebut terjadi karena
manusia-manusia yang diklaskan ke dalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang
khas, dan berdasarkan pandangan orang lain sebagai manusia yang menduduki suatu
lapisan tertentu dalam masyarakat.
Golongan sosial dan kategori sosial
walaupun dapat dibedakan berdasarkan syarat sistem norma, rasa identitas
sosial, dan kontinuitas, namun keduanya tidak memenuhi syarat untuk disebut
masyarakat. Sebab, ada syarat pengikat yang tidak ada pada keduanya, yaitu
prasarana khusus untuk melakukan interaksi sosial.
3). Kelompok dan perkumpulan
Kelompok atau group merupakan suatu
masyarakat karena memenuhi syarat adanya sistem interaksi sosial antar anggota,
ada adat istiadat, ada sistem norma, ada kontinuitas serta ada identitas yang
mempersatukan semua anggota. Kelompok memiliki syarat tambahan, yakni
organisasi dan sistem pimpinan, pada masa-masa tertentu berkumpul dan kemudian
bubar lagi, dan seringkali tidak terikat lokasi tertentu.
Kelompok dengan perkumpulan dapat
dibedakan sebagai berikut:
Kelompok
|
Perkumpulan
|
Primary group
|
Association
|
Gemeinschaft
|
Gesellschaft
|
Solidarite mechanique
|
Solidarite organique
|
Hubungan familistic
|
Hubungan contractual
|
Dasar organisasi adat
|
Dasar organisasi buatan
|
Pimpinan berdasarkan kewibawaan dan kharismatik
|
Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum
|
Hubungan berazas perorangan
|
Hubungan anonim dan berazas guna
|
4. Pranata sosial
Pranata sosial atau institution merupakan sistem-sistem yang menjadi wahana bagi warga
masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau baku. Sistem
tersebut merupakan norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola
mantap guna memenuhi keperluan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat.
Aneka warna pranata sosial paling sedikit
ada 8 golongan, yaitu:
1). Pranata kerumahtanggaan (domestic institutions), berfungsi untuk
memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan.
2). Pranata ekonomi (economic institutions), berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia
dalam mata pencaharian hidup, memproduksi, mendistribusikan hasil produksi.
3).
Pranata pendidikan (educational
institutions),berfungsi untuk memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan
manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna.
4). Pranata pengetahuan (scientific institutions), berfungsi memenuhi keperluan ilmiah
manusia, menyelami alam semesta sekelilingnya.
5). Pranata keindahan atau rekreasi (aesthetic and recreational institutions),
berfungsi memenuhi keperluan manusia untukmenghayatkan rasa keindahannya untuk
rekreasi.
6). Pranata religius (religious institutions), berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
berhubungan dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam ghaib.
7).
Pranata politik (political institutions), berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat.
8) Pranata somatik (somatic institutions), berfungsi memenuhi keperluan fisik dan
kenyamanan hidup manusia.
Manusia dalam melakukan tindakan
interaksi sosial berada dalam suatu kedudukan sosial tertentu yang
dikonsepsikan oleh norma-norma khusus dari pranata yang bersangkutan. Tingkah
laku individu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kedudukannya disebut
“peranan sosial” (social role).
5. Integrasi masyarakat
Dalam rangka mencapai pengertian mengenai
prinsip-prinsip kaitan antara berbagai unsur masyarakat, yaitu pranata,
kedudukan sosial dan peranan sosial diperlukan penelitian tentang integrasi
masyarakat yang mengukur intensitas,sifat, mutu dan frekuensi dari pola-pola
kaitannya antar unsur masyarakat. Tujuan penelitian adalah menemukan kerangka
yang menggambarkan susunan hubungan individu antar unsur masyarakat yang
disebut sebagai struktur sosial (social
structure) dari masyarakat. Lebih
lanjut peneliti dapat mengabstrasikan susunan sosial dari kenyataan kehidupan
masyarakat.
Dasar pemikiran penelitian tentang
struktur sosial adalah: (a). perumusan berbagai macam susunan hubungan antara
individu dalam msyarakat, yakni struktur sosial; (b). mengendalikan tindakan
individu dalam masyarakat; (c). hubungan
interaksi antar individu dalam masyarakat adalah hal yang konkrit, dapat
diobservasi dan dicatat; (d). menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu
masyarakat baik berhubungan dengan kekerabatan, perekonomian, religi dan
aktivitas kebudayaan; (e). struktur
sosial dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas-batas dari suatu
masyarakat tertentu.
Evaluasi:
1. Jelaskan bagaimanakah kehidupan kolektif
makhluk manusia?
2. Berikan contoh wujud kolektif kehidupan
manusia.
3. Jelaskan
perbedaan unsur-unsur masyarakat kategori sosial, golongan sosial, kelompok
sosial, dan perkumpulan.
4. Jelaskan
minimal 5 macam pranata sosial berdasarkan fungsinya.
5. Jelaskan
dasar pemikiran pentingnya penelitian tentang struktur sosial
BAB 5
KEBUDAYAAN DAN PEMBANGUNAN
Standar Kompetensi :
Memahami
hakekat kebudayaan dalam pembangunan.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
konsep kebudayaan, wujud kebudayaan, unsur-unsur kebudayaan dan peranan
kebudayaan dalam kemajuan pembangunan.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan konsep
kebudayaan.
2. Menjelaskan wujud
kebudayaan.
3. Menjelaskan unsur-unsur kebudayaan.
4. Menjelaskan integrasi kebudayaan
5. Menjelaskan kebudayaan dalam kerangka teori tindakan.
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep
kebudayaan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan wujud
kebudayaan.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan unsur-unsur
kebudayaan.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan integrasi
kebudayaan
5. Mahasiswa dapat menjelaskan kebudayaan dalam
kerangka teori tindakan.
Materi Pokok:
1.
Konsep kebudayaan
“Kebudayaan” dan “Tindakan Kebudayaan” merupakan
segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned
behavior). “Kebudayaan
“dari kata Sansekerta buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”.
Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkut paut dengan budi atau
akal”.
“Budaya” adalah daya dari budi yang
berupa cipta, karsa dan rasa. “Kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa dan
rasa. Istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing sama dengan kebudayaan,
berasal dari kata Latin colere, yang
artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari kata
colere, culture diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dalam antropologi, yang meneliti dan menganalisis berbagai cara hidup
manusia dan berbagai sistem tindakan manusia, aspek belajar merupakan aspek
pokok. Batasan konsep “kebudayaan”, antropologi seringkali sangat berbeda
dengan berbagai ilmu lain. Arti “kebudayaan” dalam bahasa sehari-hari pada
umumnya terbatas pada segala sesuatu
yang indah, misalnya: candi, tarian, seni rupa, seni suara, kesusasteraan dan
filsafat. Menurut pandangan antropologi, “kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa,tindakan.serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Dengan demikian hampir
semua tindakan manusia adalah “kebudayaan”
(Koentjaraningrat, 1996).
E.B
Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. dengan lain perkataan kebudayaan mencakup kesemuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku perilaku
yang normatif. Artinya mencakup segala cara-cara itu pola-pola berpikir.
Merasakan dan bertindak. Seseorang yang meneliti kebudayaan tertentu.akan
sangat tertarik oleh objek-objek kebudayaan seperti
rumah,sandang,jembatan,alat-alat komunikasi dan sebagai nya.
Definisi di atas memberikan beberapa
hal yang perlu lebih lanjut dipelajari
untuk dipergunakan sebagai alat dalam meganalisis keterkaitan antara proses
pendidikan dan proses pembudayaan. Tilaar
(2002) merinci definisi yang dikemukakan oleh E.B. Tylor diatas,sebagai
berikut:
1). Kebudayaan
merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti kebudayaan merupakan
suatu kesatuan dan bukan juumlah dari bagian-bagian.keseluruhan mempunyai
pola-pola atau desain tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik
yang spesifik.
2). Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi
manusia yang bukan material, artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis
seperti:ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3). Kebudayan dapat pula berbentuk fisik seperti
hasil seni, terbentuknya kelompok-kelompok keluarga.
4). Kebudayaan dapat pula berbentuk
kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum,
adat-istiadat yang berkesinambungan.
5). Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6). Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan
manusia yang soliter atau tersaring tetapi yang hidup dalam masyarakat
tertentu.
Definisi
Tylor memberikan penekanan kepada faktor manusia yang memperoleh nilai-nilai
tersebut dari masyarakatnya. Hal ini berarti betapa pentingnya masyarakat
manusia di dalam perkembangan manusiaitu sendiri. Tidak dapat digambarkan
bagaimana suatu kebudayaan yang tanpa nilai-nilai. Penanamannilai nilai-nilai
kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan manusia. proses pembudayaan itu
bersifat utuh, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan dikuasai/dimiliki
pula oleh generasi berikutnya. Implikasi yang dapat dipetik dari pengertian
kebudayaan menurut tylor adalah :
1). Adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat
2). Adanya proses pemanusiaan
3). Di dalam proses pemanusiaan itu trdapat suatu
visi tentang kehidupan
Selo
Sumardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan dan kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabadikan untuk kepentingan masyarakat. Rasa merupakan jiwa
manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu
untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan. Cipta merupakan kemampuan
mental, berpikir orang-orang yang hidup bermasayarakat dan yang antara
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.
Setiap
manusia pasti memiliki kebudayaan. Perbedaannya, kebudayaan pada masyarakat satu
lebih sempurna daripada kebudayaan masyarakat lain, yang dalam perkembangannya
memenuhi segala keperluan masyarakatnya. Kebudayaan yang demikian disebut
“peradaban” (civilization) kepada kebudayaan yang telah mencapai taraf
perkembangan teknologi yang lebih tinggi.
Konsep kebudayaan juga dapat dibedakan
berdasarkan aliran behavioral dan ideational, sebagai berikut:
1).
Aliran Ideational
Memandang budaya sebagai sesuatu
yang abstrak, sesuatu yang bersifat ide, gagasan, pemikiran yang membentuk
perilaku yang khas suatu kelompok masyarakat.
Berbentuk:
system pengetahuan, the state of mind, spirit, belief, meaning, ethos,
value, the capability of mind.
2). Aliran Behavioral
Memandang budaya sebagai a
total way of life. Koentjaraningrat memilah konsep ini ke dalam 7 unsur
kebudayaan universal. Pemerintah melihat konsep kebudayaan berorientasi kepada
program praktis dan problem oriented.
Ilmu Antropologi berorientasi kepada pengembangan teori dan aplikasinya dalam
penelitian etnografi.
Kebudayaan
dapat dibedakan dengan peradaban
Peradaban (civilization):
bagian dari unsur-unsur kebudayaan yg halus, maju dan indah. Peradaban juga
dipakai untuk menyebut: suatu kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota
yang maju dan kompleks.
Kebudayaan
bersifat Superorganik
Proses evolusi organisme dengan
perkembangan kebudayaan jika dibandingkan
dengan cara menggambar dua garis grafik yang sama, dalam waktu 2 juta tahun kedua garis tersebut sejajar,
artinya sama cepatnya.
Namun
sejak 80 ribu tahun yang lalu terjadinya “homo sapiens”, garis evolusi
organisme mulai melepaskan diri.
Perkembangan
kebudayaan seolah-olah melepaskan diri dari evolusi organik, dan membumbung
tinggi melalui revolusi pertanian, revolusi perkotaan revolusi industri.
Proses
evolusi ini oleh A.L Kroeber disebut “PROSES PERKEMBANGAN SUPERORGANIK DARI
KEBUDAYAAN”
2. Wujud Kebudayaan
1). Ideas: wujud kebudayaan sbg suatu
kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan=adat (cultural
system).
2). Activities: wujud kebudayaan sbg
suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dlm masyarakat (social
system).
3). Artifacts: kebudayaan sbg benda-benda hasil karya
manusia.
Ketiga
wujud tak terpisahkan, kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi
arah kepada tindakan dan karya manusia.
Sistem Nilai
Budaya Secara Universal
1). Masalah hakekat dari hidup manusia
(MH)
2). Masalah hakekat dari karya manusia
(MK)
3). Masalah hakekat dari kedudukan
manusia dlm ruang dan waktu (MW)
4). Masalah hakekat dari hubungan
manusia dg sesamanya (MM)
5). Masalah hakekat dari hubungan manusia
dg alam sekitarnya (MA).
3. Unsur-Unsur Kebudayaan
1). Bahasa
2). Sistem pengetahuan
3). Organisasi Sosial
4). Sistem peralatan hidup dan teknologi
5). Sistem
mata pencaharian hidup
6). Sistem religi
7). Kesenian
Tiap
unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud kebudayaan dan dapat dirinci dalam
unsur-unsur yang lebih kecil. Setiap wujud kebudayaan dapat dirinci dalam
beberapa tema budaya. Pada tahap berikutnya tiap tema budaya dapat
dirinci dalam gagasan.
4. Integrasi
Kebudayaan
Antropolog
disamping bertugas menganalisis kebudayaan dengan memerincinya ke dalam
unsur-unsur yang lebih kecil secara detil dan mengkaji unsur-unsur yang kecil tersebut,
juga bertugas untuk memahami kaitan
antara setiap unsur kecil dengan keseluruhannya. Tugas ini disebut
“INTEGRASI DARI UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN”.
5. Kebudayaan dan Kerangka
Teori Tindakan (Talcott Parsons)
Talcott
Parsons menganalisa suatu kebudayaan dalam keseluruhan dibedakan atas 4
komponen:
(1). Sistem budaya (gagasan, konsep,
aturan);
(2). Sistem sosial (tindakan antar
individu yang berpola);
(3). Sistem kepribadian (tindakan
berkepribadian distimulasi oleh nilai & norma dalam sistem budaya);
(4). Sistem organisme/organik (proses
biologik & biokimia dlm organisma mns sebagai makluk yang alamiah).
Evaluasi:
1. Jelaskan konsep kebudayaan dari aliran behavioral
dan ideational.
2. Berikan contoh
kompleksitas kebudayaan dari suatu unsur kebudayaan yang dapat dirinci
berdasarkan wujud kebudayaan, dan setiap wujud kebudayaan dapat dirinci dalam
beberapa tema budaya, serta pada tahap berikutnya tiap tema budaya dapat
dirinci dalam gagasan.
4.
Jelaskan kebudayaan dalam kerangka tindakan yang dibedakan berdasarkan 4
komponen.
BAB 6
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Standar Kompetensi :
Memahami konsep perubahan masyarakat dan kebudayaan, dan mekanisme
perubahan masyarakat dan kebudayaan.
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
konsep perubahan masyarakat dan kebudayaan, mekanisme proses perubahan kebudayaan, inovasi
dan dampaknya terhadap perkembangan kebudayaan.
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan konsep
perubahan masyarakat dan kebudayaan.
2. Menjelaskan proses
mekanisme proses perubahan kebudayaan.
3. Menjelaskan inovasi dan dampaknya bagi
perkembangan masyarakat dan kebudayaan
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan
konsep perubahan masyarakat dan
kebudayaan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme
proses perubahan kebudayaan.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan inovasi dan dampaknya bagi
perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Materi
Pokok:
1. Konsepsi Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan
Proses pergeseran
masyarakat dan kebudayaan termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan
sosiologi yang disebut dengan dinamik sosial
(social dynamics). Konsep-konsep penting mengenai proses belajar kebudayaan
oleh warga masyarakat sendiri, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization)
dan enkulturisasi (enculturation).
Proses perkembangan kebudayaan umat manusia berbentuk mulai dari yang paling
sederhana sampai dengan bentuk yang paling sederhana yang disebut dengan
evolusi kebudayaan (cultural evolution).
Proses penyebaran kebudayaan secara geografi terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi, yaitu proses diffusi (diffusion).
Perubahan budaya dalam
globalisasi sebagai Dinamika Kebudayaan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam
masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya
saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal,
makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita
bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang
kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu,
kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang
berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh
terhadap keberadaan kesenian kita.
Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan
nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi
informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak
alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia
yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya
kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi
kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat
dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial
yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi.
2. Mekanisme Perubahan Kebudayaan
Proses
belajar kebudayaan dapat dilakukan terhadap kebudayaan sendiri dan belajar terhadap kebudayaan masyarakat
luar. Adapun proses belajar kebudayaan
sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Proses internalisasi,
Proses
internalisasi sebagai proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai individu menjelang ajalnya, dimana ia belajar
menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu serta emosi yang diperlukan
sepanjang hidupnya.
b.
Proses sosialisasi
Proses sosialisasi merupakan proses belajar kebudayaan
dlam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses ini seorang individu dari masa
kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi
dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka ragam
peranan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Proses enkulturasi
Proses enkulturasi merupakan proses seseorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat,
sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dala kebudayaannya.Meniru
acapkali dilakukan ddengan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai
budaya yang memberi motivasi akan tindakannya meniru tersebut telah
terinternalisasi dalam kepribadiannya. Berkali-kalimeniru, sehingga tindakannya
menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya
“dibudayakan”.
Proses
belajar kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat luar dapat dilakukan melalui
berbagai cara, yaitu:
a.
Proses evolusi
Proses evolusi sosial merupakan proses perubahan yang terjadi
dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam tiap masayarakat di dunia.
b.
Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya
tertentu antara masyarakat yang lebih
maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada
dasarnya setiap masyarakat setiap jaman
selalu mengalami difusi. Hanya saja proses
difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan. Namun
hal itu berbeda dengan sekarang dimana abad komunikasi mampu
menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens, maka
difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.
c. Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama
antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Kita lihat
misalnya unsure etnis yang berada di
Nusantara kita ini dengan subbudaya masing-masing.
Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi
asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit dihilangkan. Apalagi hal-hal yang membatasi proses prejudis, perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat. Di dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses tersebut, ada yang terjadi secara alamiah ada pula yang tidak alamiah. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.
asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit dihilangkan. Apalagi hal-hal yang membatasi proses prejudis, perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat. Di dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses tersebut, ada yang terjadi secara alamiah ada pula yang tidak alamiah. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.
d. Akulturasi
Salah satu
bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini
terjadi pembaruan budaya antarkelompok atau di dalam
kelompok yang besar. Dewasa ini misalnya unsur-unsur budaya Jawa
telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan
di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsure-unsur tersebut telah disosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi
unsur-unsur budaya antarsub-etnis di Nusantara ini. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.
di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsure-unsur tersebut telah disosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi
unsur-unsur budaya antarsub-etnis di Nusantara ini. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.
e. Inovasi
Inovasi
mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap
kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat
yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh
kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat.
Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan
kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan
kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Evaluasi:
1. Jelaskan
perbedaan proses dinamika masyarakat melalui sosialisasi, internalisasi dan
enkulturasi.
2. Jelaskan
perbedaan proses evolusi sosial secara macroscopic
dan microscopic.
3. Jelaskan proses dinamika sosial melalui
proses akulturasi dan asimilasi.
BAB 7
ANEKA RAGAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT
A.
KONSEP SUKU BANGSA
1. Suku bangsa
Setiap
kebudayaan yang hidupdalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai komunitas
desa,kota,atau kelompok adat yang lain bisa menampilkan suatu corak khas yang
terutama terlihat oleh orang diluar warga masyarakat yang bersangkutan. Corak
khas dapat tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil
berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus,juga karena adanya
kompleks unsur kebudayaan yang lebih besar. Deskripsi
Etnografi adalah kebudayaan dengan corak khas.Konsep yang tercakup dalam istilah“suku bangsa” adalah suatu golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan“kesatuan kebudayaan
“,sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu)
dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga.Dalam kenyataannya,konsep“suku bangsa”
lebih komplek daripada yang terurai diatas.Ini disebabkan karena dalam
kenyataan batas dari kesatuan yang merasakan diri terikat oleh keseragaman
kebudayaan itu dapat meluas atau menyempit,tergantung pada keadaan.
2.
Beragam Kebudayaan Suku
Bangsa
Para sarjana antropologi membedakan kesatuan
masyarakat suku bangsa di dunia menjadi beberap macam berdasarkan kriteria mata
pencaharian dan system ekonomi:
Masyarakat pemburu dan
peramu
Pada abad ini sudah hamper tidak ada lagi,
mereka kini tinggal didaerah terisolasi di daerah pinggiran atau daerah
terpencil yang karena keadaan alamnya tidak suka didiami oleh bangsa lain.
Missal pantai utara kanada tinggal suku bangsa eskimoyang memburu binatang kutub.
Masyarakat peternak
Masih banyak masyarakat beternak biasanya
didaerah padang rumput stepa atau sabana,binatang yang dipelihara-pun
berbeda-beda berdasarkan daerah geografinya. Missal didaerah Oase di gurun
semenanjung arab hidup suku-suku bangsa arab badui yang memelihara
unta,kambing. Kehidupan suku bangsa peternak berpindah-pindah dari suatu
perkemahan ke perkemahan lain dengan mengembala ternak menurut musim – musim
tertentu.
Masyarakat peladang
Ruang lingkupnya sangat terbatas di daerah
hutan rimba tropis, para peladang didaerah tropis mempergunakan tekhnik
bercocok tanam. Bercocok tanam di ladang merupakan suatu mata pencaharian yang
dapat juga menjadi dasar peradaban yang kompleks dengan masyarakat
perkotaan,sistemkenegaraan, dan seni bangunan.
Masyarakat nelayan
Ada diseluruh dunia;disepanjang pantai, baik
dari Negara yang berada dipinggir benua,maupun di pulau-pulau. Secara khusus
desa nelayan itu biasanya terletak didaerah muara sungai atau sekitar
teluk.Lokaasi dimuara sungai memudahkan nelayan untuk melabuhkan perahu.
Masyarakat petani pedesaan
Pada masa sekarang merupakan bagian terbesar
dari objek perhatian para antropolog. Karena suatu proporsi terbesar dari
penduduk dunia masa kini memang masih merupakan petani yang hidup dalam
komunitas-komunitas desa,yang berdasarkan pertanian khususnya bercocok tanam
menetap secara tradisional dengan irigasi.
Masyarakat perkotaan
yang kompleks
Sebagai pusat perhatian para antropolog
khususnya setelah PD II, pada masa setelah penjajahan mulai timbul banyak
Negara dan semua berusaha dalam membangun perekonomian secara cepat, kemakmuran
diperoleh secara mendadak terutama dikota-kota besar.
B. KONSEP DAERAH KEBUDAYAAN
Suatu “daerah kebudayaan” (culture area) merupakan
suatu penggabungan atau penggolongan dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaanya,tetapi mempunyai
beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa.Penggolongan beberapa kebudayaan
dalam suatu daerah kebudayaan dilakukan
berdasarkan atas persamaan ciri-ciri yang mencolok.Ciri-ciri tersebut tidak
hanya berwujud unsur kebudayaan fisik(misalnya alat-alat berburu,alat
bertani,alat transportasi,dll),tetapi juga unsur kebudayaan yang lebih abstrak
dari sistem sosial atau sistem budaya (misalnya unsur organisasi
masyarakat,sistem perekonomian ,dll).
C. DAERAH-DAERAH
KEBUDAYAAN
1.
Di Amerika Utara
Menurut Clark Wissler diklasifikasikan menjadi 9 :
Daerah Kebudayaan Eskimo
Meliputi
kebudayaan-kebudayaan suku bangsa pemburu binatang laut,dipantai utara dan
barat laut kanada. Penduduk yang telah mengadaptasikan diri terhadap kehidupan
di daerah tanpa pohon dan suhu yang amat dingin;Contoh : eskimo nunivavakmiut
di Alaska.
Daerah Kebudayaan Yukon-Mackenzie
Meliputi
kebudayaan-kebudayaan suku bangsa pemburu binatang hutan koniferus di
kanada.Biasanya dibeberapa tempat pada musim tertentu ada suku bangsa yang
memburu binatang rusa reindeer.
Daerah Kebudayaan Pantai Barat Laut
Masyarakat rumpun
yang tinggal di desa-desa tepi pantai barat laut kanada, suku bangsa ini hidup
dari perikanan. Ciri yang mencolok dalam kebudayaan adalah upacara toternisme
dengan suatu seni patung kayu yang berkembang luas,seni tenun yang indah,dll.
Contoh suku bangsa ini adalah Tlingit, haida dan kwakiult.
Daerah Kebudayaan Dataran Tinggi
Meliputi kebudayaan
suku-suku yang bermasyarakat rumpun yang hidup di desa-desa dalam rumah-rumah
setengah dibawah tanah dalam musim dingin dan rumah jerami dimusim panas.
Daerah Kebudayaan Plains
Meliputi kebudayaan
suku bangsa bermasyarakat rumpun, tersebar di daerah stepa yang sangat luas.
Daerah Kebudayaan Hutan Timur
Meliputi kebudayaan
suku bangsa bermasyarakat rumpun yang tersebar disekitar timur laut dan hidup
sebagai petani menetap dengan jagung sebagai tanaman pokok.
Daerah Kebudayaan Dataran California(California Great Basin)
Meliputi kebudayaan suku
bangsa bermasyarakat rumpun yang hidup berburu dan mengumpulkan biji-bijian.
Daerah Kebudayaan Barat Daya
Meliputi kebudayaan
suku-suku bangsa bemasyarakat rumpun yang tersebar didaerah gurun dan setengah
gurun dan yang hidup dari pertanian intensif di lembah-lembah sungai.
Daerah Kebudayaan Tenggara
Meliputi kebudayaan
suku bangsa yang hiudup dari bercocok tanam intensif dengan cangkul.Dalam
kehidupan keagamaanya mereka telah mengembangkan suatu system upacara yang luas
dan berpusat kepada pemujaan matahari.
Daerah Kebudayaan Meksiko
Meliputi kebudayaan
suku bangsa bermasyarakat pedesaan yang berorientasi terhadap suatu peradaban
kota yang banyak terpengaruh oleh kebudayaan spanyol dan agama katolik.
2.
Di Amerika Latin
System penggolongan daerah kebudayaan Amerika Latin
Benua Amerika Tengah dan Amerika
Selatan pertama-tama dibagi kedalam daerah-daerah kebudayaan Amerika Latin oleh
J.M.Cooper .Sistem itu membedakan adanya empat tipe kebudayaan di Amerika
Latin,yaitu :
a. Circum Caribbean Culture
b. Andean Civilization
c. Tropical Forest Culture
d.
Marginal Culture
System
pembagian daerah –daerah kebudayaan yang lebih detail dibuat oleh G.P.Murdock,
yang membagi seluruh benua kedalam 24 culture.Pengklasifikasian ini
memperhitungkan perbedaan-perbedaan system kekerabatan dan perbedaaan-perbedaan
linguistic dan ternyata bersifat kurang praktis.Dalam buku J.H Steward dan
L.C.Faron berjudul Native People of South America (1959)yang merupakan
suatu ikhtisar dari seluruh bahan yang tercantum dalam Handbook of the South
American Indians ,pada dasarnya masih dipakai juga sistem klasifikasi Cooper
,tetapi dengan berbagai perbaikan menjadi 5 tipe,yaitu :
a.
Cultures with Theocratic and Militaristic Chiefdoms
b.
Andean Culture
c.
Southern Andean Cultures
d.
Tropical Forest Cultures
e.
Cultures of Nomadic Hunters and Gatheres
Dalam system ini lebih memperhitungkan enclaves dari kebudayaan dari
suatu tipe yang berada pada kebudayaan tipe lain.
Daerah –daerah kebudayaan di Amerika Latin
a.
Daerah
kebudayaan Cicaque
Meliputi kebudayaan yang dulu maupun sekarang tersebar di kepulauan
Karibia, dinegara Venezuela dan Columbia bagian utara, di Equador dan Bolivia
bagian Timur.
b.
Daerah
kebudayaan Andes
Meliputi daerah dari kebudayaan zaman pre-inca, zaman kejayaan Negara
inca di pegunungan andes, dan suku-suku bangsa rakyat indian dalam zaman
setelah runtuhnya Negara inca dinegara peru dan Bolivia bagian barat.
c.
Daerah
kebudayaan Andes Selatan
Meliputi kebudayaan suku bangsa yang hidup dibagian utara Negara chili
dan argentina.
d.
Daerah
kebudayaan rimba tropis
Meliputi kebudayaan suku-suku bangsa diperairan sungai amazon dan
anak-anak sungai nya serta dibagian besar dari Negara brazil.
e.
Daerah
kebudayaan berburu dan meramu
Meliputi kebudayaan suku-suku bangsa yang tidak mengenal bercocok
tanam.
3.
Sub-kawasan Geografi di Oseania
Ada 4 sub bab kawasan menurut sub kawasan
geografi:
a. Kebudayaan penduduk asli Australia
Mempunyai ciri ras yang sangat khas,yang didalam antropologi-fisik
disebut kompleks australoid.Kecuali itu, kebudayaan berburu dari orang
–orangitu tampak sangat terbelakang sehingga sering dianggap sebagai sisa
kebudayaan manusia pada zaman dahulu.
b. Kebudayaan penduduk Irian dan Melanesia
Menunjukkan ciri ras melanesoid,dipandang dari sudut bahasanya penduduk
melanesia mengucapkan bahasa-bahasa yang semua dapat dikelaskan bersama dengan
bahasa penduduk mikronesia dan polinesia.
c. Kebudayaan penduduk Mikronesia
Menunjukkan keragaman yang begitu besar, pada umumnya menggunakan
bahasa yang sekeluarga dan menunjukkan suatu pengkhususan mengenai system mata
pencaharian dan kemasyarakatan.
d. Kebudayaan penduduk Polinesia
Menunjukkan suatu
keragaman besar dari yang sangat sederhana hingga yang sangat kompleks, dengan
system social berdasarkan kerajaan, upacara keagamaan yang luas, dan seni
patung yang menarik.
4.
Di Afrika
Terdapat 18 daerah kebudayaan dari daerah geografi:
a.
Kebudayaan Afrika Utara
b.
Kebudayaan Hilir Nil
c.
Kebudayaan Sahara
d.
Kebudayaan Sudan Barat
e.
Kebudayaan Sudan Timur
f. Kebudayaan Hulu Tengah Nil
g.
Kebudayaan Afrika Tengah
h.
Kebudayaan Hulu Selatan Nil
i.
Kebudayaan Tanduk Afrika
j.
Kebudayaan
Pantai Guinea
k.
Kebudayaan ‘Bantu” Khatulistiwa
l.
Kebudayaan
“Bantu” Danau-danau
m.
Kebudayaan
“Bantu” Timur
n.
Kebudayaan “Bantu” Tengah
o.
Kebudayaan
“Bantu” Barat Daya
p.
Kebudayaan “Bantu” Tenggara
q.
Kebudayaan Choison
r. Kebudayaan Madagaskar
Imerina atau hova
didataran tinggi tengah telah mengembangkan suatu system kenegaraan, meskipun
menurut ciri-ciri ras mereka paling dekat dengan orang asianesia.
5.
Di Asia
A.L Kroeber membagi benua asia dalam daerah-daerah kebudayaan.
Pembagian ini masih bersifat kasar sekali dan lebih berdasarkan common sense
daripada analisis dan perbandingan unsur kebudayaan secara mendalam dan meluas.
A.L Kroeber membagi kawasan asia menjadi beberapa bagian:
a.
Daerah kebudayaan Asia
Tenggara
b.
Daerah kebudayaan Asia Selatan
c.
Daerah kebudayaan Asia
Barat Daya
d.
Daerah kebudayaan Cina
e.
Daerah kebudayan Stepa
Asia Tengah
f.
Daerah kebudayan Siberia
g.
Daerah kebudayaan Asia
Timur Laut
D. SUKU-SUKU BANGSA DI INDONESIA
Klasifikasi dari beragam suku bangsa di
wilayah Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran-lingkaran hukum
adat yeng mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven,membagi Indonesia menjadi 19
daerah,yaitu :
1.
Aceh
2.
Batak dan Gayo-Alas
-Nias dan Batu
3.
Minangkabau
-Mentawai
4.
Sumatra selatan
-Enggano
5.
Melayu
6.
Bangka Belitung
7.
Kalimantan
8.
Sangir – talaud
9.
Gorontalo
10.
Toraja
11.
Sulawesi selatan
12.
Ternate
13.
Ambon , Maluku
-Kepulauan barat daya
14.
Irian
15.
Timor
16.
Bali dan Lombok
17.
Jawa tengah dan timur
18.
Surakarta dan Yogyakarta
19.
Jawa barat
E. RAS, BAHASA, DAN KEBUDAYAAN
Sejumlah
manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu yang sama, belum tentu juga
mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun bahasa, apalagi mempunyai satu
kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan.Misalnya warga negara Amerika
Serikat hidup dalam satu kebudayaan, yaitu kebudayaan
Amerika masa kini ,tetapi mereka berasal dari berbagai macam ras,yaitu ras
Kaukasoid,ras Negroid,ras Mongoloid Amerika,dan ras Mongoloid (Chinese
American,Japanese American,atau Korean American)
BAB 8
PARADIGMA
DAN TEORI-TEORI ANTROPOLOGI
Standar Kompetensi :
Memahami paradigma dan teori antropologi
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan
konsep paradigma dan teori antropologi
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1.
Menjelaskan paradigma dan teori antropologi.
2. Menjelaskan teori evolusi kebudayaan dan teori difusi kebudayaan
Tujuan
Pembelajaran:
1. Melalui diskusi kelompok mahasiswa dapat menjelaskan paradigma dan teori antropologi.
2. Melalui diskusi kelompok mahasiswa
dapat menjelaskan teori evolusi kebudayaan dan teori difusi kebudayaan
Materi
Pokok:
1.
Paradigma Ilmiah
Thomas Kuhn (1972) menggunakan istilah paradigma dalam
dua dimensi yang berbeda : pertama, paradigma berarti keseluruhan perangkat
(konstelasi) keyakinan, nilai-nilai, teknik-teknik yang dimiliki bersama oleh
anggota suatu masyarakat. Kedua, paradigma berarti unsur-unsur tertentu
dalam perangkat tersebut, yakni cara-cara pemecahan atas suatu teka-teki yang
digunakan sebagai model atau contoh yang dapat menggantikan model atau cara
lain sebagai landasan bagi pemecahan atas teka-teki dalam ilmu pengetahuan
normal yang sering disebut dengan eksemplar. Scholte (1980:76-77) mengatakan
bahwa arti penting dari suatu posisi paradigma akan mengemuka tatkala kita
berhadapan dengan “fakta”. Jadi, paradigma terdiri dari asumsi dan prinsip
ontologis dan epistemologi khusus yang meliputi pula prinsip-prinsip teoretis
(Kuhn, 1972:78). Suatu disiplin imiah dapat mencakup satu atau lebih paradigma.
Suatu pradigma dikatakan mengalami kemajuan jika paradigma tersebut dapat
mengantisipasi sesuatu yang tidak dapat diantisipasi oleh paradigma lain
(Lakartos, 1974). Kuhn setuju dengan hal ini karena ia berpendapat bahwa
paradigma yang lebih baik yaitu paradigma yang memiliki ketepatan, ruang
lingkup, sinklisitas, guna, dan sebagainya yang lebih daripada paradigma yang
lain.
Tentu
saja tidak semua paradigma tidak sepadan. Jika dua paradigma sejalan mengenai
hakikat masalah yang akan dipecahkan dan mengenai cara yang sesuai untuk
memecahkan masalah itu, maka keduanya dikatakan sepadan. Dengan demikian,
kesepadanan paradigma adalah hal yang relatif. Dua paradigma mungkin sejalan
dalam hal masalah yang akan dikaji, tetapi mungkin tidak sejalan dalam hal cara
memecahkan masalah. Jadi dalam ilmu pengetahuan, yang berbeda dari teologi,
pembandingan kritis suatu teori dengan teori yang lain (revalitas) adalah
selalu mungkin.
2.
Paradigma Antropologi
Semua penelitian antropologi dilakukan dalam
paradigma tertentu karena kegiatan ilmiah apapun tentu menuntut definisi suatu
masalah penelitian dan identifikasi prosedur serta cara yang sesuai untuk
memecahkan masalah. Namun, tidak semua penelitian adalah paradigmatik secara
eksplisit. Pembandingan paradigma-paradigma dapat mendorong untuk memilih suatu
paradigma, sedangkan paradigma tertentu mungkin akan digantikan oleh paradigma
lain dengan landasan perkembangan tertentu. Barangkali takan ada paradigma yang
terbaik; yang terpenting bahwa suatu paradigma mungkin lebih baik daripada
paradigma lain, tetapi tidak ada paradigma yang dapat menganalisis semua kemungkinan.
Dalam sejarah perkembangan antropologi
diwarnai oleh divergensi teori yang semakin meningkat, dan pola tesebut
nampaknya teus berlangsung. Tidak ada kesepakatan tentang berapa jumlah
paradigma dalam antropologi masa kini. Berikut adalah beberapa contoh paradigma
antropologi (Achmad fedyani 2005: 63-66)
Evolusionisme klasik, paradigma ini beupaya menelusuri
perkembangan kebudayaan sejak yang paling awal, asal usul primitif, hingga
yang paling mutakhir, bentuk yang paling kompleks.
Difusionisme, paradigma ini berupaya menjelaskan
kesaman-kesaman diantara bebagai kebudayaan. Kesamaan tersebut terjadi karena
adanya kontak-kontak kebudayaan.
Partikularisme, paradigma ini memusatkan perhatian pada
pengumpulan data etnogafi dan deskripsi mengenai kebudayaan tertentu.
Struktural-Fungsionalisme, paradigma ini berasumsi
bahwa komponen-komponen sistem sosial, seperti halnya bagian-bagian tubuh suatu
organisme, berfungsi memelihara integritas dan stabilitas keseluruhan sistem.
Antropologi Psikologi, mengekspresikan dirinya kedalam tiga hal
besar : hubungan antara kebudayaan manusia dan hakikat manusia, hubungan antara
kebudayaan dan individu, dan hubungan antara kebudayaan dan kepribadian khas
masyarakat.
Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan
struktur pikiran manusia yakni, struktur dari poses pikiran manusia yang oleh
kaum strukturalis dipandang sama secara lintas budaya.
Materalisme Dialektik paradigma ini berupaya menjelaskan
alasan-alasan terjadinya perubahan dan perkembangan system sosial budaya.
Cultural Materialisme paradigma ini berupaya menjelaskan
sebab-sebab kesamaan dan pebedaan sosial budaya.
Etnosains, paradigma ini juga disebut “etnografi baru”.
Perspektif teoritis mendasar dari paradigma tersebut yerkandung dalam konsep
analisis kompensional, yang mengemukakan komponen kategori-kategori kebudayaan
dapat dianalisis dalam konteksnya sendiriuntuk melihat bagaimana kebudayaan
menstrukturkan lapangan kognisis.
Antropologi Simbolik, paradigma ini dibangun atas dasar bahwa manusia
adalah hewan pencari makna, dan berupaya mengungkapkan cara-cara simbolik
dimana manusia secara individual, dan kelompok-kelompok kebudayan dari manusia,
memberikan makna kepada kehidupannya.
Sosiobilogi, paradigma ini berusaha menerapkan prinsip-prinsip
evolosi biologi terhadap fenomena sosial dan menggunakan pendekatan dan program
genetika untuk meneliti banyak perilaku kebudayaan.
3.
Teori-teori Antropologi
Keesing
(1974: 74-79) mengidentifikasi empat
pendekatan terhadap masalah kebudayaan.
Pertama, kebudayaan sebagai
sistem adaptif dari keyakinan dan perilaku yang dipelajari yang fungsi
primernya adalah menyesuaikan masyarakat manusia dengan lingkungannya.
Kedua, kebudayaan merupakan
sistem kognitif yang tersusun dari apapun yang diketahui dalam berpikir menurut
cara tertentu, yang dapat diterima bagi warga kebudayaan.
Ketiga, kebudayaan merupakan
sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki bersama yang memiliki analogi
dengan struktur pemikiran manusia.
Keempat. Kebudayaan merupakan
sistem simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki
bersama yang dapat diidentifikasi, dan bersifat publik. Seiring makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimungkinkannya penggunaan akal yang
dimiliki manusia untuk melihat segala fenomena yang ada dan terjadi dalam
masyarakat.
Model
pandangan yang mengemuka untuk mengganti pandangan ‘tradisional’ sebelum dalam
kajian budaya (antropologi) paling awal adalah
teori evolusi kebudayaan dan teori difusi kebudayaan.
Kedua
teori ini muncul dengan mengusung karakteristiknya sendiri-sendiri dan
masing-masing mengklaim sebagai paradigma yang seharusnya dipakai untuk
melakukan kajian terhadap manusia dan perjalanan perkembangannya.
a. Teori
Evolusi Kebudayaan
Teori evolusi kebudayaan manusia ini
dikemukakan pertama kali oleh Edward
Burnett Tylor (1832-1917), seorang ahli antropologi. Menurut Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dalam buku
yang ditulis tahun 1874,
Tylor memaparkan bahwa kebudayaan manusia dalam
sejarah evolusinya berjalan melalui tiga tahap perkembangan yang masing-masing
tahapan dibedakan berdasarkan unsur ekonomi dan teknologi yang mereka gunakan.
Ketiga tahapan perkembangan kebudayaan manusia
tersebut adalah
(1). savagery,
(2). barbarian
(3). civilization.
Pada tahap pertama (savagery), manusia hanya bertahan hidup dengan cara berburu dan
meramu dengan menggunakan peralatan yang mereka ciptakan dari benda-benda yang
ada di sekitar mereka, seperti kayu, tulang dan batu.
Berkembang
kemudian menuju tahap kedua (barbarian) yang ditandai dengan
mulainya manusia mengenal cocok tanam. Karena mulai memahami cara menanam, maka
mereka berpikir untuk menjaga agar tanaman tersebut dapat dipelihara dan
dimanfaatkan hasil sehingga mereka mulai hidup menetap di sekitar tanaman
tersebut. Tahapan kedua ini juga ditandai dengan perkembangan peralatan mereka
dari yang sebelumnya hanya terbuat dari kayu, batu dan tulang menjadi terbuat
dari logam.
Berkembang
kemudian menjadi tahap ketiga (civilization) atau peradaban
yang ditandai dengan pengenalan manusia dengan tulisan, kehidupan perkotaan dan
kemampuan mereka membangun bangunan-bangunan besar yang sebelumnya belum pernah
ada. Untuk dapat mencapai semua itu, tentunya manusia memerlukan ilmu
pengetahuan dan peralatan-peralatan yang canggih serta yang tidak boleh
terlupakan adalah memiliki kompleksitas sistem organisasi sosial.
Paparan-paparan
teori evolusi kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor sebelumnya
kemudian dilanjutkan oleh Lewis Henry Morgan, seorang antropolog Amerika.
Menurut Morgan, sebagaimana yang
dikemukakannya dalam buku yang ditulis tahun 1877 tersebut di atas, semua
bangsa di dunia telah atau sedang menyelesaikan proses evolusinya yang melalui lima tingkatan,
yaitu:
a. Era liar tua atau zaman paling awal sampai manusia menemukan api,
b. Era liar madya atau sejak menemukan api sampai manusia
menemukan senjata,
c. Era liar muda atau sejak menemukan senjata sampai pandai
membuat tembikar dan masih berprofesi sebagai pemburu,
d. Era barbar tua atau zaman sampai manusia mulai beternak dan
bercocok tanam,
e. Era barbar madya atau zaman sampai manusia pandai membuat
peralatan dari logam, era barbar muda atau
zaman sampai manusia mengenal tulisan, era
peradaban purba, dan era masa
kini.
Setelah
melakukan beragam penelaahan terhadap pandangan-pandangan kebudayaan Tylor dan
Morgan dalam memandang kebudayaan manusia, generasi selanjutnya teori evolusi memunculkan dua teori evolusi
baru. Pertama, teori evolusi kebudayaan universal yang
dikemukakan oleh Leslie White. Kedua,
teori evolusi
kebudayaan multilinier yang diajukan oleh Julian Steward.
Teori pertama, White
mengemukakan sebuah rumusan yang dapat memudahkan dalam melakukan kajian. White
menyebutnya sebagai sebuah ‘hukum’
evolusi kebudayaan, yaitu C = E x T.
Penjelasan:
C merupakan kebudayaan (culture),
E adalah energi (energy)
T adalah teknologi (technology).
Sebuah
kebudayaan yang ada dalam sebuah komunitas masyarakat manusia adalah dampak
atau hasil hasil dari pemakaian atau penggunaan energi dan teknologi yang
mereka gunakan dalam kehidupan mereka pada fase-fase perkembangannya. Dengan
rumusan yang disebutnya sebagai ‘hukum’ evolusi kebudayaan ini, White sampai
pada sebuah kesimpulan bahwa terjadinya sebuah evolusi kebudayaan dalam sebuah
komunitas merupakan hasil dari mengemukanya perubahan dalam sistem yang
melakukan transformasi energi dengan bantuan teknologi yang ada saat itu.Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori mengenai evolusi kebudayaan ini
terdapat beberapa konsep baru yang diketengahkan White, yaitu thermodinamika (sistem yang melakukan
transformasi energi), energi dan transformasi.
Teori kedua diartikan Steward sebagai teori
multilinier. Terjadinya evolusi kebudayaan berhubungan erat dengan
kondisi lingkungan, dimana setiap kebudayaan memiliki culture core, berupa teknologi dan organisasi kerja. Dengan
demikian, terjadinya evolusi dalam
sebuah kebudayaan ditentukan oleh adanya interaksi yang terjalin antara
kebudayaan tersebut dengan lingkungan yang ada di dalamnya. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh White di atas,
teori multilinier juga memunculkan konsep-konsep baru yang belum pernah ada
sebelumnya, yaitu lingkungan, culture
core, adaptasi dan organisasi kerja.
Tokoh
lainnya yang tidak kalah juga perlu mendapat perhatian dalam perbincangan
mengenai teori evolusi, khususnya setelah dua tokoh utama pada generasi awal,
adalah V. Gordon Childe yang merupakan arkeologis Inggris. Untuk memaparkan
pandangannya mengenai evolusi budaya, Childe menggunakan rekaman arkeologis
untuk menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan dalam teori evolusi menunjukkan
kenyataan yang sebenarnya dalam komunitas manusia. Dari benda-benda yang
dihasilkan dari penggalian arkeologis yang dilakukannya selama beberapa waktu
menunjukkan sesuatu yang semakin menguatkan pandangan evolusi, bahwa kemajuan
teknis yang dramatis dalam sejarah manusia berupa budidaya tumbuh-tumbuhan dan
hewan, irigasi, penemuan logam dan lain sebagainya terbukti telah membawa
perubahan revolusioner dalam keseluruhan jalinan kehidupan kultural yang
dilakoni oleh manusia.
Benda-benda
arkeologis yang ditemukan Childe makin menguatkan
teori evolusi bahwa keseluruhan pola
perubahan yang terjadi dalam setiap
fase perkembangan kebudayaan manusia menunjukkan perubahan yang bersifat
evolutif dan progresif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan atau
perkembangan dari satu fase ke fase selanjutnya, seperti dari
pemburu-peramu yang berpindah-pindah (nomadik)
yang berada pada masa Paleolitik menjadi seorang manusia yang bercocok tanam (holtikulturalis) yang tidak lagi
nomadik atau sudah menetap di satu tempat sebagai komunitas kempal dalam masa
Neolitik.
Dari paparan
di atas dapat dikatakan bahwa pada akhir abad ke sembilan belas masehi para
ahli antropologo yang berkecimpung dalam kajian kebudayaan manusia telah
memakai kata kebudayaan dengan
definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
b. Teori
Difusi Kebudayaan
Teori difusi kebudayaan dimaknai sebagai
persebaran kebudayaan yang disebabkan
adanya migrasi manusia. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, akan
menularkan budaya tertentu. Hal ini akan semakian tampak dan jelas kalau
perpindahan manusia itu secara kelompok dan atau besar-besaran, di kemudian
hari akan menimbulkan difusi budaya yang luar biasa. Setiap ada persebaran
kebudayaan, di situlah terjadi penggabungan dua kebudayaan atau lebih. Akibat
pengaruh kemajuan teknologi-komunikasi, juga akan mempengaruhi terjadinya
difusi budaya. Keadaan ini memungkinkan kebudayaan semakin kompleks dan bersifat
multikultural. Dengan adanya penelitian difusi, maka akan terungkap segala
bentuk kontak dan persebaran budaya sampai ke wilayah yang kecil-kecil. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi pengkajian difusi terhadap kebudayaan
manusia bukan pada aspek historis budaya tersebut, melainkan pada letak
geografi budaya dalam kewilayahan dunia.
Salah satunya yaitu model penelitian
Franz Boas yang sering dikenal dengan nama ‘partikularisme historis’ dimana di
dalamnya telah melahirkan konsep-konsep baru mengenai kajian kebudayaan,
seperti kulturkreis atau daerah
atau lingkungan dan kulturschichten atau
lapisan kebudayaan. Dalam kajian kebudayaan ala difusi Boas ini, unsur-unsur
persamaan yang dimiliki oleh sebuah kebudayaan sangat diperhatikan secara
cermat untuk kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kategori yang disebutkan
dengan dua istilah yang dikemukakan di atas. Dengan cara seperti ini maka akan
diketahui unsur-unsur kebudayaan yang ada dalam beragam kebudayaan dunia.
3. Peran kebudayaan sebagai faktor
kemajuan pembangunan
Peran
budaya sebagai faktor kemajuan pembangunan suatu bangsa dapat dijelaskan
berdasarkan teori –teori pembangunan
sumber daya
manusia menurut
Visi Culture Studies
Pembangunan sumber daya
manusia dalam litratur ilmu ekonomi dan ilmu administrasi ,yang dilakukan dalam
konteks pembangunan,memandang manusia sebagai salah satu faktor pembangunan, memandang manusia sebagai salah satu faktor produksi di
luar sumber daya alam,modal ,teknologi dan klembagaan (Salim1979; Hidayat; Effendi 1992). Pembangunan
sumber daya manusia dalam konteks ilmu-ilmu tersebut diartikan sebagai upaya-upaya tersebut diartikan
secara umum sebagai upaya-upaya untuk
meningkatkan daya produksi manusia. Manusia yang berdaya produksi tinggi disebut sebagai manusia yang
berkualitas tinggi.
Satu lagi faktor yang juga
sering disebut sebagai sarjana sarjana sebagai penentu kualitas sumber daya manusia adalah mentalitas manusia. Faktor mentalitas atau factor psikokultural ini, oleh sebagian orang disebut sebagai faktor ‘’manusia’’
atau human factor. yang terdiri atas attitudes, values, dan beliefs (sikap,nilai,dan kepercayaan). Faktor
ini harus dilihat sebagai daya psikokultural.
Yang dimaksud dengan daya
psikokultural di sini adalah
kemampuan mental, kemampuan akal budi, atau kemampuan mind
sekumpulan individu dalam mendorong diri mereka untuk berproduksi lebih tinggi.
Beberapa Teori tentang
Peranan Daya Psikokultural
Max Weber
Max Weber adalah
seorang yang selalu disebut sebagai pelopor kajian tentang pengaruh daya
psikokultural dalam perkembangan ekonomi suatu bangsa.Bagi Weber,salah satu
faktor penting dalam perkembangan ekonomi kapitalistis justru terletak pada
aspek superstruktur,yaitu daya psikokultural.
Ia menggunakan data hasil
penelitiannya sebagai dasar ia mengemukakan bahwa agama sangat berperan penting
dalam kemajuan ekonomi suatu negara .Seperti contohnya menurut Weber adalah
seperangkat nilai dan sikap yang terkandung dalam etika Protestan yakni kerja
keras,hemat,jujur,rasinalitas dan sederhana serta pemenuhan kewajiban yang
diletakan di atas bahu seorang individu oleh kedudukannya dalam dunia ini juga
tidak ketinggalan kepercayaan bahwa Tuhan telah memberkahi sejumlah orang
kecil. Sebaliknya Weber memandang aspek ‘’irrationality’’ pada agama-agama di
timur (Hindu, Budha dan lain-lain sebagai faktor pengahambat pembangunan.
Ketaatan dan kesitiaan terhadap keluarga dan orang tua telah mendominasi pemikiran dan tindakan
penganut kepercayaan-kepercayaan Timur ini, khususnya pada pengikut Konfisius.
Bersama dengan ketiadaan etika sosial dalam lingkungan masyarakat yang lebih
luas, kesetiaan terhadap keluarga dan marga ini membawa ketidakjujuran ketika
berhubungan dengan orang-orang di luar anggota keluarga. Aspek psikokultural
yang seperti ini akan menghambat kemajuan kegiatan ekonomi.
Arthur Lewis
Arthur
Lewis menghubungkan faktor-faktor psikokultural yang mendorong kemunculan para
wira usaha (entrepreneur) dengan masalah lingkungan sosial dan politik yang subur bagi pertumbuhan ekonomi. Arthur Lewis memandang
nilai dan sikap yang mempertahankan institusi sosial negatif seperti
perbudakan, kasta, rasialis,dan lain-lain, adalah sangat menghambat bagi
pertumbuhan ekonomi. Arthur Lewis juga memperhatikan faktor ajaran
keagamaan yang mendorong penganutnya untuk mengejar pencapaian yang tinggi.
Everret Hagen
Perkembangan ekonomi
ini dipelopori oleh sejumlah individu dari suatu kelompok social yang
direndahkan secara khas. Ciri-ciri social yang menonjol pada kelompok ini
adalah bahwa pada masa lampau mereka mempunyai kedudukan yang cukup terpandang
dalam masyarakat. Cirri-ciri psikokultural utama dari
kelompok ini terlihat dalam perilaku inovatif. Inovasi memerlukan kreatifitas.
Manusia yang kreatif adalah seseorang yang selalu siap dalam mengamati dunia
sekelilingnya dan percaya akan evaluasi yang dibuatnya terhadap pengalaman
hidupnya.
Gunnar Myrdal
Myrdal
menyesalkan kurangnya perhatian dan penelitian antropologi sosiologi, dan
psikologi terhadap faktor-faktor
psikokultural ini. Pada umumnya orang Asia Selatan, sebagaimana
yang dilihat oleh Mrdal, lebi mementingkan hal-hal spiritual daripada hal-hal
material dibandingkan dengan orang Barat. Mereka lebih memikirkan dunia
baka,tidak peduli pada diri sendiri, acuh terhadap kemakmuran dan kenikmatan
hidup material. Sikap yang sangat tidak toleran terhadap manusia lain
dilahirkan dan dibina oleh system kasta dan kesombongan golongan berpendidikan
tinggi terhadap kelas bawah. Keadaan masyarakat yang penuh dengan sikap dan
pandangan yang seperti ini jelas tidak kondusif untuk pembanguna ekonomi
bangsa.
David McClelland
David McClelland yang
mengatakan bahwa satu jenis daya mentalitas seseorang yang disebutnya sebagai “
n achievement”. Dengan “n achievement” orang bertindak tidak
sekedar mengikuti tradisi yang telah digariskan oleh nenek moyang, tapi
bertindak menurut cara baru yang mereka rasa akan member hasil yang lebih baik
dan member manfaat unutk lebih banyak orang.
Alex Inkeles
Alex Inkeles percaya bahwa kehidupan
kehidupan social adalah dijalankan dalam sebuah system, karena itu untuk
membangun manusia modern orang tidak dapat hanya memusatkan pengertian pada
satu fakto saja, tapi perlu pembangunan pada keseluruhan yang kompleks. Factor yang
kompleks tersebut terdapat beberapa factor kunci yaitu pendidikan, lingkungan
hidup di perkotaan, komunikasi massa, birokrasi Negara dan organisasi modern.
KONDISI
PSIKOKULTURAL MASYARAKAT YANG TIDAK PRODUKTIF
a). Tidak ada orang yang
mendahulukan kepentingan kelompok, kecuali kepentingannya sendir sudah
terpenuhi.
b). Hanya para
pegawai negeri yang peduli akan masalah umum. Orang biasa tidak peduli. Hanya
ada sedikit pengawasan atas kegiatan pegawai negeri.
c). Organisasi sulit untuk dibangun dan dibina
karena hanya mementingkan kepentingan sendiri.
d). Pekerja kantor hanya akan bekerja keras
sepanjang hal itu diperlukan agar dia tidak dicopot.
e). Kepatuhan pada
hukum hanya karena takut akan dihukum itu.
f). Pegawai akan
korupsi sepanjang dia bisa mengerjakannya.
g). Mereka yang lemah akan menyenangi rezim tangan besi.
h). Barang siapa yang membangkikan semangat pelayanan
umum sebagai motif kerja akan dianggap sebagai penipuan omong kosong.
i). Prinsip politik yang
abstrak tidak sesuai dengan perilaku konkret setiap hari.
PENGEMBANGAN
INSTITUSI SOSIAL UNTUK MEMAJUKAN DAYA PSIKOKULTURAL
a).
Kepemimpinan
Pemimpin
adalah factor yang paling penting dalam kemajuan suatu bangsa. Kita harus dapat
memilih pemimpin yang dapat dipercaya, bermoral, tidak korup, sejalan kata
dengan perbuatan, lebih mementingkan nasib bangsa daripada kepentingan
golongan, partai atau keluarganya sendiri, punya visi masa depan bangsa.
b).
Pendidikan
dan Pelatihan
Pembangunan
pendidikan bukan sekedar memperbanyak gedung sekolah, guru, murid, dll tapi
juga system kurikulumnya, kemana pendidikan akan diarahkan, jenis manusia
seprti apa yang akan dihasilkan, jenis tukang ngapal atau yang kritis analitis,
yang manggut-manggut diam atau yang dinamis dan terbuka.
c).
Media
Massa
Media massa
yang terdiri dari Koran, majalah, radio, tv, film, internet, dll. Jika media
massa ini dikembangkan secara benar, mereka dapat menjadi alat yang efektif
untuk kemajuan bangsa.
d).
Pembangunan
Institusional
Berarti pembangunan organisasi-organisasi baru dan norma-norma baru.
e).
Perilaku manajemen.
Yang dimaksud dengan perilaku manjemen bukan hanya menyangkut organisasi
perusahaan swasta, tapi juga termasuk pemerintahan.
f).
Pola pengasuhan anak
Terakhir,
perhatian terhadap pola pengasuhan anak. Telah diingatkan sebagai sarana yang
pentin dalam pembangunan bangsa. Ada satu pameo yang mungkin perlu kita ingat,
pembangunan sebuah bangsa dimulai dari pembangunan keluarga. Hanya
keluarga-keluarga yang baik yang akan membangun bangsa yang baik.
Evaluasi:
2.
Jelaskan peran budaya sebagai faktor kemajuan pembangunan
suatu bangsa berdasarkan teori pembangunan sumber daya manusia menurut Visi Culture Studies.
3.
Bagaimanakah strategi untuk pengembangan institusional
sosial untuk memajukan daya psikokultural?
DAFTAR
PUSTAKA
1. Koentjaraningrat, 2006. Pengantar Ilmu Antropologi,
Jakarta: Aksara Baru.
2. Ahmad
Fedyani Saifuddin, 2005. Antropologi
Kontemporer Suatu Pengantar kritis Mengenai Paradigma: Jakarta Prenada
Media.
3. Amri
Marzali, 2005. Antropologi dan
Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.
4. William
A. Havilland, 1985. Antropologi Jilid I.
Terjemahan R. G. Soekadijo. Edisi Empat. Jakarta: Erlangga.
untuk file dalam bentuk dokument micerosoft word bisa didownload disini
untuk file dalam bentuk dokument micerosoft word bisa didownload disini
0 komentar:
Posting Komentar